Page 93 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 93

76    IGN Guntur, Arief Syaifullah, Anna Mariana

                 Masyarakat  lokal  berpegang  pada  kondisi  de  facto  sementara
            otoritas  kehutanan  berpegang  pada  kondisi  de  jure.  Kenyataan-
            kenyataan seperti ini memunculkan pemikiran mengenai perlunya
            pengakuan  pemanfaatan  dan  penguasaan  tanah  masyarakat  lokal
            dalam  perencanaan  formal  pemerintah.  Keberadaan  penguasaan
            tanah pola tradisional harus dihargai. Penghargaan ini akan mengun-
            dang  simpati  yang  seimbang  dari  masyarakat  setempat,  sehingga
            terjadi sinergi positif yang menguntungkan semua pihak. Menurut
            Pasal 4 UU No. 41 Tahun 1999, semua hutan di dalam wilayah Repub-
            lik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
            dikuasai  oleh  Negara  untuk  sebesar-besar  kemakmuran  rakyat.
            Selanjutnya Pasal 67 ayat (1) b menyatakan: “Masyarakat (sebagai ma-
            syarakat adat) mempunyai hak untuk memanfaatkan kawasan hu-
            tan“. Hak tersebut berupa ijin usaha, baik secara perorangan maupun
            sebagai koperasi. Tetapi proses perijinan itu memerlukan prosedur
            birokrasi yang rumit dan melelahkan untuk warga desa yang tidak
            terbiasa berurusan dengan sistem administrasi pemerintahan. Hal ini
            merupakan kendala bagi warga desa yang tidak mempunyai modal
            dan akses informasi yang terbatas. Kondisi ini membatasi peluang
            memiliki hak penguasaan tanah bagi masyarakat lokal.
                 Pengakuan  hak  penguasaan  tanah  penduduk  lokal  menjadi
            semakin penting sehubungan semakin giatnya proses pembangunan.
            Pemerintah daerah secara aktif berupaya mengundang investasi dan
            memanfaatkan  tanah secara  ekstensifikasi. Hal  ini  tertuang dalam
            Rencana Strategis (Renstra) Kota Palangka Raya di bidang ekonomi,
                                       34
            khususnya  sektor  pertanian   yakni  memperluas  (ekstensifikasi)
            tanah  pertanian  dan  mengusahakan  pemanfaatan  optimal  (inten-
            sifikasi)  untuk  tanah  pertanian  yang  belum  diusahakan  terutama
            pada kawasan dengan irigasi teknis secara produktif serta memper-
            tahankan tanah pertanian produktif dari kegiatan investasi lain. Di
            bidang industri dan perdagangan, rencana strategis Kota Palangka
            Raya adalah meningkatkan arus dan volume investasi.


               34  Pada Bab III LAKIP 2013, ternyata pertumbuhan perekonomian Kalimantan
            Tengah triwulan III - 2013 terhadap triwulan II - 2013 secara siklikal mengalami
            pertumbuhan  sebesar  4,98  %.  Sektor  paling  tinggi  pertumbuhannya  adalah
            sektor Pertanian (9,73%) dan terendah pada sektor Industri Pengolahan (0,84%).
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98