Page 106 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 106

Oleh karena masyarakat adat merupakan suatu perkumpulan masyarakat
            asli yang tinggal dan menetap yang memiliki kesamaan sejarah, asal-usul,
            adat istiadat, dan budaya, mereka tidak dapat tergolong dalam kelompok
            masyarakat sebagai subjek pendaftaran tanah. Hal ini dikarenakan yang
            dapat menjadi subjek hak yaitu perorangan, kelompok, dan badan hukum.
            Oleh karena masyarakat adat bukan badan hukum, maka Masyarakat Adat
            Kampung Naga belum bisa menjadi subjek hak, sehingga menimbulkan
            potensi agar Masyarakat Adat Kampung Naga menjadi Badan Sosial guna
            tergolong sebagai subjek hak. Namun demikian, kejelasan Tanah Ulayat
            sebagai objek pendaftaran tanah sudah berlaku di UUPA.
                Ismudi  Muchsin  dalam (Setya, Nasihuddin  and  Wook,  2023)
            menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara keberadaan masyarakat
            adat  dengan  masyarakat  modern  yang  berkolaborasi  dengan  industri
            pariwisata. Hal ini berkesinambungan  dengan  realita Kampung Naga
            yang  menyandang  status  dengan Kampung  Adat  Wisata Budaya
            sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
            Nomor 2 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa Kampung Naga termasuk
            dalam Kawasan Objek Wisata dan Kawasan Budaya yang harus dijaga
            kelestarian  dan keeksistensiannya. Oleh karena itu, keunikan budaya
            dan keasrian  Kampung Naga menjadi  daya  tarik  tersendiri  bagi  para
            wisatawan lokal dan mancanegara untuk berwisata terkait budaya asli
            yang ada di dalam Kampung Naga.
                Dalam hal pengakuan hak-hak masyarakat hukum adat, terutama
            terkait  tanah dan  hutan,  dari  pengalaman  kasus-kasus  sebelumnya,
            tampaknya perlu ada perancangan kebijakan yang lebih teknis di tingkat
            daerah.  Kebijakan  tersebut  seharusnya  bertujuan  untuk  memberikan
            pengakuan dan penghargaan terhadap keberadaan masyarakat hukum
            adat dalam  berbagai  bentuk  susunan dan  hak-hak  yang dimilikinya.
            Kebijakan  semacam ini  tidak bisa lagi hanya bersifat  deklaratif,  yang
            hanya  mengulang apa  yang  telah diatur dalam  peraturan  perundang-
            undangan yang ada. Dengan kata lain, kebijakan di tingkat daerah harus
            secara rinci mencakup siapa dan apa saja yang dapat dianggap sebagai
            subyek dan obyek  hak  masyarakat  hukum adat dalam  konteks  sosial
            dan budaya yang bersangkutan di kabupaten/kota terkait. Hal ini juga




                                                                   BAB 05  87
                                        Sistem Tenurial Masyarakat Adat Kampung Naga
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111