Page 105 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 105

terhadap keberadaan masyarakat adat dan hak-hak tradisional mereka
            (Firdaus, 2017).
                Guntur (2023)  juga berpendapat bahwa  ada banyak  cara  untuk
            memberikan pengakuan formal terhadap penguasaan tanah masyarakat
            adat. Pengakuan  tersebut  bisa  seperti  di Kalimantan  Tengah  melalui
            penerbitan Surat Keterangan  Tanah  Adat (SKTA). Selain itu,  seperti
            di  Baduy,  pengakuan  formal  terhadap  tanah adat dilakukan  melalui
            proses pemetaan batas-batas bidang tanah yang dituangkan dalam Peta
            Dasar  Pendaftaran  sesuai dengan  regulasi  yang ada.  Kemudian,  ada
            juga pengakuan tanah adat di Sumatera Barat. Pengakuan tanah adat di
            Sumatera Barat bisa dilakukan melalui pemberian hak ataupun konversi.
            Lebih lanjut di Tanah Druwe Bali, pengakuan tanah adat dilakukan dalam
            bentuk konversi hak lama menjadi hak milik sebagai usaha menjaga dan
            mengakui secara formal keberadaan Tanah Ulayat tersebut. Berkenaan
            dengan pendapat Guntur, Kampung Naga juga dapat diakui secara formal
            terkait Tanah Ulayatnya melalui pensertipikatan tanah.
                Sistem  penerapan  yang  dilakukan  secara kumulatif membuat
            masyarakat  adat  sulit  untuk  mendapatkan  status  legal  standing,
            termasuk  untuk mendapatkan hak-hak  tradisionalnya. Pengaturan
            yang kontradiktif dalam pelaksanaannya antara lain yaitu implementasi
            peraturan  terkait hak-hak masyarakat  adat  tidak  efektif  mengingat
            norma yang dibuat seringkali bersyarat dan berpihak pada kepentingan
            pemerintah  pusat. Hal ini  muncul  terutama karena  pemberian hak
            secara  penuh  kepada  masyarakat adat  umumnya dinegasikan dengan
            frasa “sepanjang menurut kenyataannya masih hidup” dan seterusnya.

                Posisi dan peran  hukum adat dalam upaya pembangunan  hukum
            nasional Indonesia masih bermasalah. Hukum adat telah diakui secara
            resmi oleh negara, namun pemecahan operasionalnya masih  terbatas.
            Salah  satu konflik  yang  muncul  adalah  terkait masyarakat  adat  tidak
            dapat menjadi subjek pendaftaran tanah karena di dalam PP 24 Tahun
            1997 subjek pendaftaran tanah hanya perorangan, kelompok, dan badan
            hukum. Selain itu, dalam Pasal 9 butir 1 dalam PP tersebut, disebutkan
            bahwa Tanah Ulayat tidak termasuk objek pendaftaran tanah, sehingga
            berpotensi bahwa Tanah Ulayat dianggap sama dengan Tanah Negara.


            86    Dinamika Pendaftaran Tanah Adat
                  di Kampung Naga
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110