Page 84 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 84
“Di Kampung Naga istilahnya eh pasir awian ya, terus legok
balongan, datar sawahan gitu sesuai dengan fungsinya. Jadi
kalau pasir awian itu kan rawan longsor jadi harus ditanami
bambu-bambu gitu. Kalau legok balongan harus ada embung,
menjadi resapan air. Jadi di situ harus bikin embung atau kolam
gitu yang nanti bisa mengairi ke tempat yang lebih rendah,
maksudnya legok barongan itu dibikin kolam. Nah bisa jadi
sumber mata air lah untuk pengairan. Kemudian ya datar
sawahan, datar itu ya maksudnya rata gitu kan tidak terlalu
bahaya dengan longsor gitu ya di sawah gitu”. (Wawancara
tanggal 16 November 2023).
Pasir Awian merupakan tanah yang rawan longsor sehingga
harus ditanami pohon bambu untuk menopang tanah tersebut. Hal
ini dikarenakan Kampung Naga merupakan daerah rawan hujan
dan memiliki jenis tanah Ultisol yang peka terhadap erosi dan indeks
stabilitasnya rendah (Dewi, Istiadi and Istiadi, 2016). Selain itu, potensi
gerakan tanah, jenis tanah, dan kemiringan lereng menimbulkan potensi
rawan longsor yang cukup besar di Kampung Naga terutama kawasan
berbukit. Kawasan berbukit yang ada di dalam kampung ini dimanfaatkan
sebagai lahan perkebunan untuk kebun campuran dan juga dimanfaatkan
sebagai pemukiman (mengingat susunan rumah adat di Kampung
Naga berbukit-bukit mengikuti kontur tanah), sehingga dapat menjadi
pemicu rawan longsor. Pengamatan lapangan pada tanggal 4 Maret 2024,
masyarakat adat bergotong royong untuk memperbaiki lahan akibat
longsor yang terjadi di kebun campuran maupun sawah yang ada di
dalam Kampung Naga. Berdasarkan wawancara dengan Punduh, untuk
mencegah adanya longsor maka pembuatan sawah dan kebun campuran
dibentuk berundak-undak mengikuti kontur dan juga pembangunan
rumah berdasarkan kontur. Oleh sebab itu, pemukiman, pertanian, dan
perkebunan yang ada di Kampung Naga terlihat berbukit-bukit. Selain
itu, lahan yang merupakan pasir awian ini ditanami bambu atau aren
oleh masyarakat adat untuk mencegah longsor, dikarenakan bambu
telah banyak digunakan sebagai bahan perkuatan untuk stabilisasi tanah
(Gidon and Sahoo, 2020). Terlebih lagi dalam wawancara dengan Iin
tanggal 02 Maret 2024, terdapat hutan yang masih terjaga keasriannya
BAB 04 65
Sistem Tenurial Masyarakat Adat Kampung Naga