Page 416 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 416
Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007
penggarap yang miskin atau buruh-buruh tani tidak memiliki
motivasi untuk mengerjakan lahan secara optimal. ‘Petani
yang tidak memiliki keamanan dalam penguasaan tanah
(insecurity of tenure) juga tidak memiliki penghasilan yang
cukup untuk meningkatkan modalnya atau untuk membeli
barang-barang yang diperlukan untuk menghasilkan hasil-
hasil pertanian yang baik’ (Prosterman, Temple dan
Hanstad, 1990: 1). Maka, secara akumulatif, rendahnya
produktivitas dan tiadanya kekuasaan dari kelompok petani
ini, yang jumlahnya sangat signifikan dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan penduduk, akan menjadi faktor pem-
berat bagi keseluruhan proses pembangunan.
Kemiskinan di pedesaan yang berkepanjangan juga
akan menyebabkan terjadinya urbanisasi yang eksesif. Para
petani tak bertanah dan petani-petani miskin serta anggota
keluarganya yang lain akan pergi ke kota-kota atau bahkan
keluar negeri untuk mencari pekerjaan. Kalau mereka berun-
tung, mereka dapat menjadi tenaga kerja formal di ling-
kungan industri yang banyak bertebaran di perkotaan. Kalau
tidak beruntung, mereka akan menambah jumlah tenaga
kerja di sektor informal dan menciptakan kantong-kantong
kemiskinan di wilayah perkotaan. Lebih buruk lagi, jika
sejumlah orang yang tidak memiliki tanah atau jadi kehi-
langan tanahnya kemudian terlibat di dalam sejumlah aksi
kriminalitas.
C.3.2. Menyoal Rencana Redistribusi Tanah
Sebuah rencana populis spketakuler belum lama ini
dikumandangkan pemerintah. MS Ka’ban (Menteri
Kehutanan), Anton Apriantono (Menteri Pertanian), dan
369

