Page 129 - Jogja-ku(dune Ora) didol: Manunggaling Penguasa dan Pengusaha Dalam Kebijakan Pembangunan Hotel di Yogyakarta
P. 129
ditiru untuk merespon berbagai isu lingkungan di daerah lain. Inti dari
gerakan ini adalah upaya untuk memberikan edukasi masyarakat pada
umumnya tentang kesadaran akan keadilan dalam pembangunan dan
mengajarkan publik untuk berani berekspresi baik tertulis maupun
tidak tertulis.
Gerakan ini bukan ditujukan untuk menghentikan kerusakan
yang diakibatkan oleh cepatnya pembangunan, namun berupaya untuk
mengedukasi publik secara pelan agar mempunyai emansipasi dan
kepedulian terhadap lingkungan. Dalam konteks Yogyakarta, David
meyakini bahwa publik atau masyarakat sebagai grass root movement,
dapat mengalahkan hukum di dalam ranah demokrasi. Contohnya
ketika Hotel Fave secara hukum sudah mempunyai IMB, namun
ketika hotel tersebut beroperasi dan menyebabkan berkurangnya air
tanah warga sekitar, yang kemudian memunculkan gerakan-gerakan
penolakan yang dilakukan oleh warga Miliran, ternyata mendapat
respon dari Pemerintah Kota dengan dilakukannyapumping test yang
hasilnya memang pihak hotel terbukti telah mengambil air warga
sekitarnya sehingga kemudian hotel tersebut disegel.
Provokasi publik tersebut dilakukan dengan cara-cara pembuatan
poster-poster sebagai sindiran terhadap isu-isu lingkungan dan
perkotaan serta dengan tindakan-tindakan perlawanan secara kreatif.
Dalam konteks pembangunan hotel yang semakin marak di Kota
Yogyakarta, David mengungkapan bahwa:
“...begitu juga hotel. Hotel di Jogja dalam waktu sebulan bisa
berganti...Saya dapat informasi dari Pak Herry Zudianto itu....
75
di Jogja itu perpindahan pemilik hotel itu cepat sekali, ngerikan
kan? Jadi kan.. komoditas....hotel itu bukan dalam konteks bisnis
yang dijalankan satu orang atau satu group...tetapi untuk dijual
lagi..di Jogja itu sudah masuk hukum kayakgitu...”
114 JOGJA-KU(DUNE ORA) DIDOL