Page 12 - Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif untuk Pencegahan Peredaran Gelap Narkoba
P. 12
bagaimana postur Active Defense yang relevan. Langkah pertama ke arah sini adalah dengan menetapkan
standar terjemahan Bahasa Indonesia untuk Active Defense sebagai ‘Pertahanan Aktif’.
Celah kebijakan kedua ada pada absennya kebijakan, atau setidaknya refleksi dan kajian akademis,
mengenai strategi pencegahan di luar bidang kriminal atau pemidanaan. Strategi ekonomi, misalnya.
Hal ini menarik justru pada saat membaca Rancangan Teknokratis RPJMN 2020-2024 yang dirilis oleh
Bappenas, yang mana persoalan narkotika didudukkan sebagai dan dalam terma ekonomi: “[s]truktur
ekonomi di Indonesia menarik sindikat perdagangan narkoba internasional. Hal ini ditengarai dengan
adanya selisih harga jual yang cukup signifikan dari produsen narkotika hingga ke konsumen
penyalahguna, [..] Perbedaan harga yang tinggi dan pangsa pasar yang besar menarik sindikat narkotika
internasional untuk beroperasi di Indonesia.” Lebih dari sekedar menggunakan metafora “penawaran-
35
permintaan” (supply-demand), narasi RPJMN ini sebenarnya bisa mulai memayungi kajian-kajian
ekonomika (economics) mengenai pasar narkotika. Fakta bahwa harga jual narkotika di Indonesia lebih
mahal tentu bukan barang baru. Bukan rahasia pula bahwa hal ini yang memberanikan para pengedar dan
bandar untuk menerjang resiko tembak di tempat untuk menyelundupkan narkotika ke Indonesia.
Kajian ekonomis mengenai ini masih sedikit. Penjelasan terjauh mengenai ini adalah bahwa karena
36
permintaan di Indonesia “sangat tinggi.” Sejauh penelusuran tim kajian, belum ada studi mengenai
mengapa permintaan di Indonesia sangat tinggi sekalipun risiko yang dihadapi juga sangat tinggi. Lebih
dari itu, dalam kaitannya dengan risiko, pasar narkotika terkenal memiliki resiliensi alias ketahanan dan
tingkat adaptasi yang tinggi terhadap ancaman—dari perspektif bandar—yang datang dari regulator dan
37
aparat penegak hukum. Artinya, sekeras apapun perlawanan dari pemerintah/polisi, pasar akan
menemukan caranya untuk beradaptasi: mengakali, mengatasi, dan bahkan mengalahkan. Resiliensi ini
38
tentunya berdampak pada formasi harga. Penjelasan lain mengenai formasi harga juga tidak sekedar dari
aspek permintaan semata, sudah banyak studi yang menunjukkan keunikan pasar gelap narkotika ini
35 Kementerian PPN/Bappenas, “Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024,” 2019, 224.
36 “BNN Ungkap Faktor Penyebab Produsen Narkoba Mancanegara ‘Berlomba-lomba’ Jual Produk di Indonesia,”
Tribunnews.com, 25 Februari 2019, https://www.tribunnews.com/nasional/2019/02/25/bnn-ungkap-faktor-penyebab-
produsen-narkoba-mancanegara-berlomba-lomba-jual-produk-di-indonesia.
37 Martin Bouchard, “On the resilience of illegal drug markets,” Global Crime 8, no. 4 (2007): 325–44,
https://doi.org/10.1080/17440570701739702; Liana Jacobi dan Michelle Sovinsky, “Marijuana on main street? Estimating
demand in markets with limited access,” American Economic Review 106, no. 8 (2016): 2009–45,
https://doi.org/10.1257/aer.20131032; Gutierrez, “The paradox of illicit economies: survival, resilience, and the limits of
development and drug policy orthodoxy.”
38 D. Décary-Hétu dan L. Giommoni, “Do police crackdowns disrupt drug cryptomarkets? A longitudinal analysis of
the effects of Operation Onymous,” Crime, Law and Social Change 67, no. 1 (2017): 55–75.
12 | Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) |
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)