Page 17 - Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif untuk Pencegahan Peredaran Gelap Narkoba
P. 17
menyosialisasikan hidup sehat bebas narkotika. Metode yang disampaikan Hanny ini sebenarnya sudah
53
kerap dipakai oleh praktisi kesehatan masyarakat (public health) sejak disampaikan Commission on
Chronic Illness Amerika Serikat tahun 1957 silam. Hanya saja, ia berangkat dari cabang kajian
54
epidemiologi (kajian mengenai penyakit), ketimbang kajian strategi pertahanan. Ketimbang melihat
55
sebagai inkompatibel, justru menjadi tantangan penelitian ini adalah mengafirmasi pula natur
epidemiologis dan kesehatan masyarakat dalam IDT-DA sebagai sebuah isu keamanan. Alhasil, strategi
besar Pertahanan Aktif yang dirumuskan riset ini kelak wajib memiliki sensitivitas terhadap, jika bukan
menginkorporasi, perspektif kesehatan masyarakat ini demi mengawal strategi pencegahan BNN yang
56
disampaikan Hanny tersebut.
Namun, sebelum masuk dalam perumusan strategi besar, adalah imperatif untuk terlebih dahulu
mendudukkan lingkungan strategis yang menjadi konteks historis dan spesifik munculnya ancaman IDT-
DA. Secara teoritik, dalam merumuskan strategi besar, terlebih dahulu mesti dipersiapkan setidaknya lima
komponen penaksiran strategis (strategic net assessment): 1) analisis lingkungan strategis; (2)
pendefinisian tantangan keamanan dan medan beroperasinya; (3) prioritisasi strategis; (4) postur
strategis; (5) kebijakan strategis. Masalahnya, pendekatan ini mengasumsikan ancaman dari luar.
57
Pertanyaan kemudian, mungkinkah mengadopsi pola demikian untuk ancaman IDT-DA yang notabene
tidak hanya dari luar, melainkan juga dari dalam? Jika mungkin—dan harus mungkin—maka tentu
pendekatan ini perlu banyak penyesuaian, modifikasi, dan bahkan permutasi saat dipakai untuk
menghadapi ancaman yang bisa dari luar, dan bisa juga dari dalam. Lebih dari itu, yang hendak
diamankan, dilindungi, dan dipertahankan bukanlah integritas teritori sebagaimana skenario pertahanan
yang militeristik, melainkan adalah keamanan fondasi kehidupan masyarakat (societal security) lah yang
menjadi objek keamanan (referent object) kali ini.
53 “Jurus BNN dalam Pencegahan Narkoba,” jambidaily.com, 20 September 2019, http://jambidaily.com/detail/jurus-bnn-dalam-
pencegahan-narkoba/.
54 R. S. Gordon, “An operational classification of disease prevention,” Public Health Reports 98, no. 2 (1983): 107–9.
55 Lebih jauh, lihat, a.l.: Christine L.M. Joseph et al., “Applying epidemiologic concepts of primary, secondary, and tertiary prevention
to the elimination of racial disparities in asthma,” Journal of Allergy and Clinical Immunology 117, no. 2 (2006): 233–40; Rune J. Simeonsson,
“Primary, Secondary, and Tertiary Prevention in Early Intervention,” Journal of Early Intervention 15, no. 2 (1991): 124–34.
56 Hal ini bukanlah tidak mungkin, sebagaimana sudah banyak dilakukan, a.l.: Emily Crick, “Drugs as an existential threat: An
analysis of the international securitization of drugs,” International Journal of Drug Policy 23, no. 5 (2012): 407–14; Xiaobo Su, “Nontraditional
security and China’s transnational narcotics control innorthern Laos and Myanmar,” Political Geography 48 (2015): 72–82; Travis
Linnemann, “Governing through meth: Local politics, drug control and the drift toward securitization,” Crime, Media, Culture 9, no. 1
(2013): 39–61.
57 Komponen disadur dari: “Draft Guidelines on Developing National Defence Policy and Doctrine Papers (‘White Papers’),” 2002;
Paul Bracken, “Net Assessment: A Practical Guide,” Parameters 36, no. 1 (2006): 90; Peter Roberts dan Sidharth Kaushal, “Strategic net
assessment: Opportunities and pitfalls,” RUSI Journal 163, no. 6 (2018): 66–76.
17 | Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) |
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)