Page 123 - Ayah - Andrea Hirata
P. 123
110 ~ Andrea Hirata
berjalan menghampiri mik, mengambilnya lalu menyerah-
kannya kepada Sabari.
Sabari melangkah dengan tenang ke tengah panggung.
Mereka yang mengenalnya segera paham, pasti dia mau ber-
aksi dengan puisinya. Mereka bertepuk tangan. Sabari me-
nyapu pandang hadirin. Bu Norma tegang menunggu apa
yang akan terjadi. Sabari menghentikan pandangannya ke
arah pukul 4.00, tempat Lena berada. Bu Norma gemetar
dan langsung menyesal telah memberikan mik itu kepada Sa-
bari. Celaka! Tadi aku sudah curiga! Raskal! Dan, semuanya ter-
lambat sebab suara Sabari telah menggelegar.
Datangkan seribu serdadu untuk membekukku!
Bidikkan seribu senapan, tepat ke ulu hatiku!
Langit menjadi saksiku bahwa aku di sini, untuk mencintaimu!
Tiba-tiba Sabari diam, suasana senyap, sepi, hening, Sa-
bari menutup puisinya dengan syahdu.
Dan biarkan aku mati dalam keharuman cintamu ....
Gegap gempitalah acara perpisahan nan khidmat itu.
Hadirin berdiri dan bertepuk tangan panjang untuk Sabari.
Sabari tersenyum lebar. Lena menunduk dan menggeleng-
geleng. Bu Norma menutup wajahnya dengan tangan. Ayah
Sabari tak henti-henti bertepuk tangan untuk anaknya.

