Page 125 - Ayah - Andrea Hirata
P. 125

112 ~ Andrea Hirata


          tahil, yakni menjadi seorang penyanyi, yang menurut peng-

          akuannya sendiri, sangat sukses, tetapi menurut pengakuan
          orang lain, jika mendengar Sabari menyanyikan lagu “Truly”
          itu, Mister Lionel Ritchie pasti menyesal telah mengedarkan
          kasetnya di Indonesia.
              Tanjong  Pandan,  ibu  kota kabupaten,  adalah babak

          baru hidup Sabari.
              “Janganlah cemas, Ayahanda, aku akan pulang seming-
          gu sekali, untuk mendorong kursi roda Ayah.”
              “Kau akan tinggal di mana?”
              “Banyak kamar kontrakan. Aku  akan tinggal dengan
          Ukun dan Tamat. Semuanya Ayah kenal.”
              “Mau apa kau di sana?”
              “Seperti orang lainnya, mencari pekerjaan, aku bukan

          anak-anak lagi. Aku harus merantau, malu aku bergantung
          pada orangtua.”
              Ayahnya sedih.
              “Mengapa bersedih, Ayah?”
              “Maaf, Ri, aku tak bisa menyekolahkanmu ke Jawa.”

              “Aih, usahlah risau, SMA saja sudah ketinggian untuk-
          ku. Orang sekolah untuk bekerja. Aku akan langsung bekerja
          di Tanjong.” Bersusah payah Sabari membesarkan hati ayah-
          nya.
              Untuk membuat cerita  panjang  menjadi pendek, tak
          lama  kemudian Ukun, Tamat, dan Sabari  sudah bekerja
          di Tanjong Pandan.  Ukun  yang bercita-cita menjadi  dok-
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130