Page 124 - Ayah - Andrea Hirata
P. 124

Tanjong Pandan















            SABARI telah mengawali SMA dengan sebuah puisi untuk
            Lena, dan mengakhirinya dengan sebuah puisi, juga untuk
            Lena.
                 Dia melamun di bawah pohon akasia dekat gerbang se-
            kolah, tempat dia biasa menunggu Lena dan kecanduan akan
            kelebat ajaib perempuan itu naik sepeda. Lima detik tak le-
            bih, lalu segala hal sepanjang hari itu akan berlinang madu.

                 Senyorita mendekat ke pohon akasia untuk melakukan
            ritual number two, satu tindakan teritorial tak senonoh, sama
            sekali tak peduli bahwa  Sabari sedang dilanda awan-awan
            puisi. Sabari memandangi sekolah dan menoleh ke masa lalu
            selama tiga tahun, sarat akan pengalaman berharga. Dalam
            masa itu dia telah melambung setinggi langit dan terjerembap

            karena cinta. Dia telah mengenal kawan-kawan yang baik, dia
            telah menulis puisi yang dia sendiri tak tahu dari mana men-
            dapat kata-katanya dan dia telah mengalami hal yang mus-
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129