Page 151 - Ayah - Andrea Hirata
P. 151

138 ~ Andrea Hirata


              “Lihatlah kita-kita ini,” tangkis Sabari.

              “Orang-orang yang putus asa karena cinta!” Ukun me-
          mihak Tamat.
              “Lihatlah kita-kita ini.”
              Sahut-menyahut Ukun dan Tamat mencemooh Sabari.
              Subuh keesokannya, Sabari  menyelam ke dalam tong

          berisi air sambil membawa jeriken kosong lima liter. Dia tak
          muncul sebelum jeriken itu penuh. Dia melatih diri untuk me-
          nahan napas sebab legenda mengatakan, jika ingin harapan
          terkabul, harus mampu  menahan napas paling tidak enam
          puluh detik selama langit menjadi biru berlangsung.
              Tentu tiap hari dia jadi bulan-bulanan Ukun dan Tamat.
          Sabari  tak hirau, tetap tekun berlatih. Setelah berminggu-
          minggu dia bisa mengisi jeriken minyak tanah sepuluh liter,

          artinya dia mampu tak bernapas hampir selama 150 detik!
          Hampir tiga menit, fantastis. Sedikit lagi dia bisa mengalah-
          kan anak buaya muara.
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156