Page 223 - Ayah - Andrea Hirata
P. 223

210 ~ Andrea Hirata


          mesona. Harus diakui, amat tak sepadan dengan lelaki norak

          dan gugup yang akan diceraikannya, yang duduk terpojok di
          ujung sana.
              Semakin siang, suara panggilan untuk pasangan-pasang-
          an yang beperkara semakin gencar. Akhirnya, terdengar ....
              “Sabari bin Insyafi, Marlena binti Markoni, Ruang Si-

          dang Tiga. Kami ulangi ....”
              Di dalam ruang sidang, Sabari demikian gugup sehingga
          tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Berbagai kata
          asing membuat kepalanya pening. Pikirannya hanya tertuju
          kepada Zorro. Yang dia tahu di depannya ada orang-orang
          berpakaian aneh dengan jubah panjang, berwajah bijaksana,
          berhati-hati jika bicara dan tampak paham benar setiap kata
          yang mereka ucapkan.

              Di sebelah sana ada Lena dan pria terpelajar itu. Orang
          itu berbicara panjang lebar  soal pertikaian antara  Sabari
          dan Lena yang kian hari kian meruncing, perbedaan yang
          fundamental dari berbagai aspek kehidupan  pemohon  dan
          termohon, yang akan berakibat lebih banyak mudarat dari-

          pada manfaat jika mereka tetap berumah tangga. Semua itu
          membuat Sabari cukup heran sebab selama berumah tang-
          ga dengan Marlena, tak habis jumlah jari sebelah tangan dia
          pernah berjumpa dengan istrinya itu. Jika berjumpa pun se-
          bentar sekali. Sebab, Lena pulang sebentar lalu pergi lagi.
              Fakta demi fakta dibeberkan secara lengkap, sistematis,
          dan masuk akal. Berbagai upaya untuk memperbaiki keadaan
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228