Page 233 - Ayah - Andrea Hirata
P. 233
220 ~ Andrea Hirata
bing-kambingku, radioku, baju-bajuku, sarungku, sepatuku,
semuanya, asal dia tidak mengambil Zorro.”
Di pelabuhan Tanjong Pandan, seorang tukang ojek ka-
wan Ukun melihat Lena mau naik kapal tak tahu ke mana.
Orang itu memberi tahu Ukun. Pontang-panting Ukun ber-
lari ke pelabuhan.
“Boi! Aku mau menyampaikan pesan Sabari untukmu.”
“Pesan apa?”
“Begini ....” Panjang lebar Ukun bicara. Malas-malasan
Lena mendengarnya dan tiba-tiba dia muntab.
“Bilang sama Sabari! Aku tak perlu rumah reyotnya!
Sepeda bututnya! Dan, kambing-kambing baunya itu! Ma-
jenun!”
“Baiklah, Boi.”
Ukun menghadap Sabari.
“Aku disuruh Marlena menyampaikan pesan ini kepada-
mu, Ri.” Sabari menyimak.
“Katanya, dia tidak mau rumah reyotmu, warung ba-
nyak utangmu, radio busukmu, baju-baju kampunganmu, se-
peda bututmu, gigi tupaimu, alis jarangmu, telinga wajanmu,
jidat monyetmu, dan bahwa kau lebih bau daripada kambing-
kambingmu! Majenun!”
Sabari tersandar pasrah.
“Maka, dengan ini amanah dari kedua belah pihak telah
kusampaikan.”
“Terima kasih, Boi.”

