Page 238 - Ayah - Andrea Hirata
P. 238
Ayah ~ 225
kan tangan dan berkokok-kokok. Zorro tertawa sampai berair
matanya. Sayangnya restoran padang itu hanya restoran ke-
cil, menunya terbatas sehingga dengan cepat Sabari kehabis-
an kisah.
Beruntung, ada restoran yang baru buka di Tanjong
Pandan. Restoran Modern, begitu namanya. Sabari menitip-
kan Zorro kepada tetangga dan langsung ngebut mengayuh
sepeda, seratus kilometer ke Tanjong Pandan.
Di muka restoran itu Sabari berteduh di bawah naungan
pohon kersen. Sekujur tubuhnya berkeringat karena perjalan-
an yang jauh. Dia berpura-pura membetulkan rantai sepeda.
Di dalam restoran orang-orang berpakaian bagus sedang ma-
kan. Mobil-mobil berdatangan.
Lama menunggu, akhirnya kesempatan itu tiba, seorang
pegawai, perempuan setengah baya, ke luar, mungkin giliran-
nya beristirahat.
“Kakak, Kakak!”
Perempuan itu menoleh. Sabari menghampirinya.
“Ada apa, Pak Cik?”
“Maaf, tentu Kakak bekerja di restoran ini.”
“Aok.”
“Restoran apakah ini?”
“Restoran masakan modern, Pak Cik.”
“Maksudnya?”
“Semua masakannya model negara Barat.”
“Model negara Barat?”

