Page 234 - Ayah - Andrea Hirata
P. 234
Ayah ~ 221
Sabari berusaha mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang
pahit. Setiap sore, usai menutup warung dan mengandang-
kan kambing-kambingnya, dia membonceng Zorro naik se-
peda. Zorro duduk di keranjang rotan yang ditautkan di se-
tang. Sepanjang jalan mulut Zorro tak berhenti berkicau. Dia
melambai kepada siapa saja dan apa saja. Alo, alo sapanya.
Dia menyapa orang-orang yang duduk di beranda meski tak
kenal. Dia menyapa pedagang kaki lima, orang gila, polisi lalu
lintas, orang-orang yang berlalu-lalang. Dia juga menyapa
pohon kelapa, mobil parkir, sepeda motor, kucing, ayam, dan
bunga-bunga.
Oleh karena itu, Zorro menjadi tenar. Jika dia lewat,
orang-orang senang memanggil anak yang menggemaskan
itu. Setiap kali anaknya disapa, perasaan Sabari melambung.
Karena hujan, suatu ketika Sabari minggir untuk berte-
duh di emper toko. Di sana ada seekor kucing kecil, kehujan-
an dan lemah. Kucing itu mengeong-ngeong serak, habis sua-
ranya karena kebanyakan menangis. Zorro menghampirinya,
langsung mengambil dan menggendongnya. Kucing itu nanti
menjadi Abu Meong.
Beberapa hari setelah itu, Sabari terkejut melihat Zorro
menghampirinya sambil menggendong seekor kucing. Mung-

