Page 245 - Ayah - Andrea Hirata
P. 245
232 ~ Andrea Hirata
tangan manusia—bagaimanakah bentuk huruf K macam tangan ma-
nusia? Kawan, janganlah kau ributkan soal itu, baca saja—mengin-
dikasikan satu problem psikologis, yaitu orang itu tak banyak
pikir-pikir, pembosan, informal, antikemapanan.
Maka, tak dapat dimungkiri pula, Manikam sedikit ce-
mas karena merasa ada bagian misterius dari perempuan
Toboali itu, dan dia bingung sebab hasil analisis tulisan ta-
ngannya kontradiktif dengan sebagian dari 37 syarat yang
ditetapkannya. Di sisi lain, Manikam yang berjiwa amtenaar
bukanlah seorang player. Dia tak pernah berspekulasi, apalagi
soal perempuan. Semua risiko haruslah calculated risk, satu risi-
ko yang telah diperhitungkan.
Begitu di atas kertas, tetapi jika melihat lagi foto perem-
puan itu, segala teorinya lindap, segala kebijaksanaan lenyap.
Begitu kuat tenaga gambar, wajar orang berbondong-bon-
dong menonton sinetron. Perempuan di foto itu membuat
Manikam merasa menemukan semacam sense of purpose, istilah
kerennya, menemukan alasan dan tujuan hidupnya, dan foto
itu mengabarkan bahwa kedamaian telah tercipta di muka
bumi ini. Kupu-kupu beterbangan, burung-burung berkicau.
Foto itu jelas tidak diutak-utik dengan komputer, yang
bisa membuat orang berwajah macam helm habis dibentur-
kan ke tembok menjadi licin cantik sekali. Foto itu menunjuk-
kan perempuan dengan kecantikan natural. Segala hal ten-
tangnya original, genuine, asli, tidak dibuat-buat. Dia pun tidak
bergaya, tidak berdandan, tidak pula mengenakan baju yang

