Page 246 - Ayah - Andrea Hirata
P. 246
Ayah ~ 233
bagus. Dia memandang sesuatu yang menyenangkan di sebe-
lah sana, tersenyum, lalu seseorang memotretnya, candid.
Akhirnya, Manikam menyerah pada pesona perempuan
misterius itu, fotonya lebih tepatnya. Untuk menunjukkan ik-
tikadnya dia mengirim sejumlah uang kepada perempuan itu
untuk membiayai perjalanannya dari Toboali ke Bengkulu,
meski perempuan itu tak pernah memintanya.
Sabtu pagi itu menjadi amat istimewa bagi Manikam.
Bersama kedua anaknya yang masih duduk di sekolah dasar,
dia ke Terminal Bus Arga Makmur. Tegak dia berdiri di plat-
form kedatangan, teliti menatap para penumpang yang ke-
luar dari bus malam. Perempuan itu telah mengatakan akan
bepergian dari Bangka, lalu ke Lampung, lalu ke Bengkulu
naik bus dari Tanjung Karang. Berulang-ulang dilihatnya foto
di tangannya untuk dicocokkan dengan wajah perempuan-
perempuan muda yang keluar dari bus. Kedua anaknya du-
duk dengan wajah cemberut.
Pukul 10.00 lewat sedikit, sebuah bus besar dari Tan-
jung Karang menikung masuk melalui gerbang kedatangan
disertai klakson yang membuat dada Manikam berdentum-
dentum.
Pintu bus terbuka, penumpang keluar satu per satu, dan
muncullah perempuan dan seorang bocah. Jika tidak meng-
ingat dirinya PNS golongan III/c, Manikam mau melompat
karena apa yang dibayangkannya selama ini tak memeleset,
bahkan jauh lebih baik. Perempuan itu manis minta ampun.

