Page 87 - Ayah - Andrea Hirata
P. 87
74 ~ Andrea Hirata
telah menimbulkan kombinasi perkawanan yang unik, yakni
satu orang bergantung dengan orang lainnya. Mereka seperti
empat sekawan bertualang ke pulau kaum nudis (adakah kisah
seperti itu?).
Ukun berharap terjadi keajaiban sehingga Sabari me-
ngurungkan niatnya berhenti sekolah, dan keajaiban itu ter-
jadi. Pontang-panting Ukun naik sepeda ke rumah Sabari.
Sampai di sana napasnya tersengal-sengal.
“Boi, cepat ke sekolah! Ada lagi surat Lena untukmu!”
Sabari yang tergeletak lemah tak berdaya di atas tempat
tidur sontak melompat. Jika tak diingatkan Ukun, hampir saja
dia ke sekolah hanya dengan celana pendek dan kaus singlet.
Di depan majalah dinding, Sabari berdiri terpaku de-
ngan wajah haru. Matanya berkaca-kaca. Berulang-ulang di-
bacanya surat itu.
Hai kau yang bernama awal huruf S, lalu huruf A, sesudah itu
B, sesudah itu A lagi, sesudah itu R, akhirnya I. Tak ada huruf M.
Bolehlah kita ini miskin, bodoh, jelek, pesek, tak punya dagu, te-
linga lambing, mata sayu, kening lutung, gigi tupai, kepala bola bekel,
tapi janganlah kita pernah berhenti dari sekolah. Apalah artinya kita ini
tanpa sekolah? Tak berarti, meaningless, hopeless, apes, itulah arti kita
tanpa sekolah, men sana in corpore sano, di dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang sehat, tetap semangat!
Always, L

