Page 14 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 14
berkerut. Ia tampak kebingungan dengan soal yang ada di
buku pelaran itu –mungkin saja.
Boleh jadi di masa depan, utamanya di era anak Bad sekolah,
kurikulum yang cukup gila dengan berbagai indikasi
ketimpangan kebutuhan sebenarnya bagi seorang anak, lebih
merajalela, bahkan mungkin sudah terang-terangan
menganggap subjek belajar sebagai kelinci percobaan. Tapi
tentu itu barangkali saja. Bisa saja di masa yang akan datang,
justru kemampuan otak manusia lah yang berkurang, maka itu
diajak berpikir sedikit susah saja kening sudah berkernyit
sedemikian pucatnya.
Namun begitu, tak usahlah dipikirkan lebih jauh, toh jarak
waktu antara pertemuan Bad dengan anak gadisnya dengan
kejadian ini hanya terlampau sepuluh tahun. Tentu dua
fenomena yang sudah disebutkan di atas punya kesempatan
lebih kecil untuk terjadi.
Kembali ke cerita, gadis kecil yang mengaku anak Bad itu kali
ini sedang menulis di halaman belakang buku pelajarannya.
Mama, kenapa matahari di malam hari lebih gelap? Mama,
kenapa es krim coklat warnanya coklat?
Kita lihat ada tulisan itu di halaman belakang buku pelajaran
si gadis, dan kita lihat pula mata gadis itu sendu dan
berkaca-kaca, menahan air matanya yang siap tumpah kapan
saja. Tapi sayang, dia hanya sendirian, tidak ada seseorang
yang bisa jadi tempat ia mengadu, menangis pilu, tidak ada
tangan yang mengulurkannya es krim coklat kesukaannya,
atau paling tidak tisu. Ia kesepian.
5
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

