Page 15 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 15
***
Hampir satu jam sudah berlalu, isakannya sudah mulai
mereda kala seorang tetangga kamar Bad menggedor pintu
kamar kosnya yang sudah ditutup oleh Bad beberapa saat
setelah ia mengambil coklat panas tadi.
Seolah ide bisa dicuri di udara, mendadak Bad menemukaan
cara menenangkan gadis kecil. Ia memeluk gadis itu cukup
erat, membisikannya beberapa kata. Rupanya metode itu
cukup efektif dengan melihat si gadis yang sudah cukup
tenang.
―Sayang, kenapa? Jangan nangis, sini cerita sama Papa,‖
bisik Bad selanjutnya dan gadis kecil telah benarbenar
selesai mengeluarkan air matanya.
Si gadis mengusap air matanya yang masih tersisa di muka.
Cukup lama ia mengusap, sebelum ditunjuknya foto yang ia
lihat sebelum menangis tadi.
―Kenapa, sayang? Ada perlu apa menemui Papa?
Mencari foto itu?‖ tanya Bad cukup cerewet.
―Papa janji ya, jaga Mama sampai aku besar?‖ ucapnya
menurunkan tangannya dan balik memeluk Bad. Kali ini
suaranya terdengar sangat menenangkan, sungguh jauh
berbeda dengan awal perkataannya tadi, pikir Bad.
Bad kemudian balik menangis. Dipeluknya lebih erat
gadis kecil. Tidak pernah ia merasa sebahagia ini.
Seharusnya, mentari terbit sangat cerah pagi ini, pikir Bad.
6
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

