Page 19 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 19

―Sepertinya  kita  butuh  kopi  darat,  Na.  Ibu,  kamu,  dan
               semua kakakmu.‖
                        ―Terserah Ibu.‖
               ***


                Kopi  darat  yang  Ibu  rencanakan  benar-benar  terlaksana
               bulan ini, tepat ketika aku libur semester. Dari pagi aku dan
               Ibu sibuk menyiapkan makanan. Yang Ibu maksud dengan kopi
               darat adalah makan malam bersama di ruang jahit Ibu. Satu-
               satunya  ruang  yang  luas  untuk  kami  berkumpul.  Membantu
               Ibu menyiapkan acara kopi darat ini bukanlah karena aku mau
               berdamai  dengan  semua  kakakku.  Tapi  karena  aku  tak  tega
               Ibu  bertambah  lelah  jika  harus  menyiapkan  segalanya

               seorang diri.
                      Sebelum Magrib, semua kakakku datang. Ibu
               menyambut dengan senang di depan pintu. Cucu-cucu Ibu dari
               Kak Zati dan Kak Wibowo masuk dengan berlari-lari kecil.
               Begitu di depanku, mereka memberi salam kepadaku.

                      ―Mama  kamu  tidak  ikut?‖  dengan  hati-hati  aku
               bertanya pada anak laki-laki Kak Wibowo, Rudi.
                      ―Mama tidur,‖ bisik Rudi. Aku mengangguk-angguk.
               ―Ayah kalian mana?‖ sebelum Ibu dan ketiga Kakakku di
               ruang jahit, aku cepat-cepat menanyakan keberadaan suami
               Kak Zati.

                ―Ayah  tugas  ke  luar  kota,‖  ucap  Seli,  bocah  berambut
               panjang  yang  hari  ini  makin  terlihat  cantik  dengan  bandana
               putihnya.

                                                         10

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24