Page 22 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 22
buku sketsa Ibu tergeletak di atas meja mesin jahit. Aku
tertarik untuk menaruh buku sketsa Ibu ke rak. Mungkin Ibu
terlalu lelah sehingga lupa tak mengembalikan buku ke rak,
seperti yang biasa dilakukan.
Di sela-sela kesibukan menjahit, Ibu juga menuangkan
hobi menggambarnya. Tidak hanya hobi, tapi kini juga
merupakan bagian dari pekerjaan Ibu. Menerima pesanan
sketsa wajah. Selama aku hidup, baru satu buku sketsa yang
pernah aku lihat secara penuh. Aku tidak begitu suka dengan
gambar. Tapi malam ini, aku penasaran, karena di tengah
kesibukan Ibu dan kekacauannya, apakah yang Ibu gambar?
Buku sketsa yang kutemui ini bersampul sangat cantik,
berbeda dengan buku sketsa yang biasa Ibu gunakan untuk
membuat pesanan. Di sampulnya tertulis Kapal Karam. Tulisan
itu berupa hand lettering. Pada halaman pertama ada lagi
hand lettering yang bertuliskan Ma Femli in Hum, maksud Ibu
adalah My Family ini Home. Aku menengok kanan kiri,
barangkali ada orang yang muncul, sebab buku Kapal Karam
ini seperti tak pernah Ibu ceritakan— maksudku— buku ini
adalah semacam buku harian Ibu.
Setelah kurasa aman, kubuka halaman selanjutnya. Sketsa-
sketsa wajah yang kukenal. Tentu saja. Orang-orang di rumah
ini adalah yang Ibu maksud dalam laman pertamanya. Gambar
yang pertama adalah gambar kami sekeluarga ketika kecil.
Aku dan ketiga kakakku, Ibu, lalu Ayah. Lalu pada halaman-
halaman selanjutnya, seolah bermetamorfosis. Kami yang
13
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

