Page 25 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 25
membuang mimpi-mimpi istrinya tak pernah berhasil.
Mimpimimpi istrinya sangat mengganggu sehingga ia ingin
membuang semua mimpi istrinya. Selain cerita tadi tentu
masih banyak cerita lain. Tak satupun aku menemukan tokoh
utama yang hidup sampai akhir cerita. Dan satu lagi, semua
tokoh utamanya selalu seorang laki-laki.
Namaku─yang tertera pada selembar kertas
itu─seperti nama perempuan. Jika aku laki-laki, laki-laki
macam apa aku ini dengan nama seperti itu dan bagaimana
cara kematianku pada akhir cerita nanti. Jika aku perempuan,
ah entahlah! Lagi pula aku hanya tokoh rekaan. Aku tak perlu
mencemaskan soal nama. Aku justru lebih mencemaskan
Arimbi. Sebab sepertinya ia dalam masalah serius.
Arimbi datang dengan mata sembap seperti sudah
berhari-hari ia menangis. Ada air mata yang belum kering
pada pipinya. Sepertinya ia tergesa-gesa menghapusnya.
Dugaanku, seseorang telah menampar pipi kanannya karena
terlihat jelas bekas tamparan di sana. Ia merintih menahan
sakit di punggungnya. Aku bisa merasakannya. Bukankah
sudah kubilang, aku bisa merasakan apa yang ia rasakan. Aku
juga bisa membaca pikirannya. Tapi aku tak melakukannya kali
ini. Aku ingin tahu yang selanjutnya akan ia lakukan tanpa
harus membaca pikirannya.
Dia duduk pada sebuah kursi. Diraihnya sebuah foto
berbingkai di mejanya. Dipandangnya lekat-lekat foto itu.
Setelah itu pipinya basah lagi oleh air mata. Itu foto
pernikahannya. Ia letakkan kembali foto itu pada tempatnya
16
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

