Page 30 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 30
memperjuangkan pendidikan untuk perempuan. Ia ingin
perempuan-perempuan menjadi pendidik yang pertama bagi
anak-anaknya.
Tapi semuanya terserah kau saja, Arimbi. Kau
penulisnya, bukan aku. Lagi pula itu hanya cerita rekaan yang
kau buat. Ada atau tidaknya hubungan cerita ini dengan
Kartini itu urusanmu. Aku justru penasaran bagaimana kau
akan membunuhku nanti, sementara aku sudah jadi pemimpin
di negeri yang jauh itu. Apa kau tidak akan membunuhku
karena aku adalah perempuan, Arimbi. Entah mengapa aku
tidak sabar menantikan kematianku dalam cerita yang kau
tulis ini.
***
Setelah Arimbi merasa cukup, ia memutuskan untuk
pulang. Disembunyikannya buku dan kertas cerita yang ia
tulis di dalam bajunya ketika ia melihat suaminya ada di
rumah.
―Dari mana saja kau!‖ bentak suaminya.
―Aku...,‖ belum selesai Arimbi berkata, tangan
kanannya telah dicengkeram kuat-kuat oleh suaminya. Ia
menyeret Arimbi masuk ke dalam kamarnya. Dilemparkannya
Arimbi ke ranjangnya. Arimbi menggigil ketakutan. Suaminya
menindihnya. Ia merasakan napas suaminya beraroma alkohol,
membuatnya mual dan ingin muntah.
Suaminya mulai melepas pakaian Arimbi hingga buku
itu tak mungkin dia sembunyikan lagi.
Suaminya membuka buku itu dan membacanya sekilas.
21
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

