Page 31 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 31
―Sudah kubilang jangan menulis lagi. Kau mau
menentangku, hah! Berani rupanya kau menentangku!‖
suaminya mencampakkan buku itu ke lantai kemudian
menampar Arimbi. ―Awas kau!‖
Suaminya kembali menindih Arimbi. Napasnya
mendengus penuh berahi. Tubuh Arimbi bergetar.
Bagaimanapun juga ia ingin berontak. Tapi ia sadar tak punya
cukup kekuatan. Suaminya telah melepas semua pakaian
Arimbi.
Aku pergi ke ruang tengah karena tak ingin melihat
bagian adegan ini. Dari ruang tengah aku hanya mendengar
rintihan-rintihan pelan dan sesekali suara Arimbi setengah
menjerit.
Setelah kejadian itu, Arimbi melarikan diri dari rumah
suaminya. Ia pergi ke rumah teman lamanya sesama penulis di
sebuah pesisir yang damai. Di sana, dengan damai ia bisa
menikmati senja setiap hari. Seperti sore ini. Ia merasa baru
saja keluar dari neraka.
Cukup lama dia tinggal di rumah temannya itu. Hampir
satu bulan lamanya. Sebenarnya ia sudah berencana kembali
ke rumah suaminya sejak lama. Tapi ia mendapat kabar lewat
sms bahwa suaminya meninggal karena kecelakaan.
Temantemannya menanyakan di mana ia berada. Tapi ia
memilih untuk tetap tinggal di pantai tanpa memberi kabar
sama sekali. Ia tak ingin melihat wajah suaminya lagi bahkan
untuk terakhir kali.
22
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

