Page 21 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 21
Aku diam. Ibu tampak menyunggingkan senyum.
―Saya bisa bermalam di sini, tapi besok pagi pulang,‖ ucap
Kak Zati.
―Istriku menunggu di rumah, Ibu. Mungkin malammalam
besok,‖ Kak Wibowo dengan ragu berucap.
Ineke dan Bahrul pulang, demikian Kak Wibowo
bersama anaknya. Kak Zati masih tinggal dan ikut membantu
membereskan bekas makan malam. Bersamaku, ia membantu
mencuci piring di dapur, sementara Ibu melanjutkan
pekerjaannya di ruang jahit.
―Libur berapa hari?‖
―Satu bulan.‖
―Oh. Dapat IP berapa?‖
―Tiga.‖
―Kalna!‖
―Ya?‖
―Tatap kakak!‖
Aku mematikan keran. Lalu menatap wajah Kak Zati.
Beberapa detik hanya mata kami yang berbicara. Hidung Kak
Zati yang bangir mulai memerah. Setelah menghela napas
panjang, tangannya terangkat menyentuh kepalaku dengan
lembut.
―Cepat selesaikan kuliahmu, kerja di kota ini saja, jangan
tinggalkan Ibu.‖
―Kakak yang meninggalkan Ibu.‖
Aku melanjutkan membilas piring. Setelah selesai, aku
beranjak menuju kamar. Langkahku terhenti ketika melihat
12
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

