Page 186 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 186
menjamah dimensi lain. Tinggal menyejajarkan yang satunya
lagi. Kukuatkan tekad sambil berdoa. Lalu melangkah mantap
memasuki kelas untuk pertama kalinya.
Begitu masuk, tatapan penuh tanda tanya langsung
menyerbu dan membuatku canggung. Kucoba mencairkan
suasana dengan menyapu tatapan mereka sambil tersenyum
lebar, namun belakangan aku sadari itu malah terlihat aneh.
Susah payah kucoba mengendalikan keadaan dengan kembali
memperkenalkan diri. Ada satu siswa yang mencolok, namanya
Viktor. Tubuhnya yang paling tinggi dan besar dibandingkan
anak lainnya. Belakangan aku ketahui dari guruguru yang lain
bahwa Viktor sudah dua kali tidak naik kelas. Akan tetapi,
bukan kemencolokan fisik yang kumaksud, melainkan cara ia
berbicara. Cara bicaranya berbeda dengan anak-anak lainya.
Ia nampak kesulitan entah karena apa. Seperti seakan
kebingungan dalam mengeja setiap kata. Namun, untuk saat
ini hal itu belum aku hiraukan, masih ada banyak waktu nanti
untuk mengurusinya.
Hari pertama mengajar terasa begitu cepat. Mungkin
karena aku terlalu bersemangat. Siswa-siswi pun mulai
menyambutku hangat setelah perkenalan. Esok dan
seterusnya hari-hariku akan berjalan seperti ini. Namun
tentunya dengan situasi dan keadaan yang lebih kompleks
lagi. Semoga aku siap.
***
Hening membasuh pekatnya malam Desa Manakuli. Tak
ada riuh rendah suara keramaian atau sekadar terang
177
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

