Page 183 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 183
difusi cahaya matahari yang berpendar bagai sinar laser yang
dipancarkan jauh dari luar angkasa, menembus lapisan
atsmosfer dan celah-celah awan, lalu membias masuk jendela
mobil.
Ini adalah keputusan paling berisiko yang pernah
kuambil. Merupakan loncatan besar dalam sejarah hidupku.
Pascalulus sarjana dan dua tahun menjadi pengangguran elite
ibu kota, akhirnya kuputuskan untuk mengikuti seleksi CPNS
guru yang ditempatkan di kawasan tertinggal di negeri ini.
Banyak yang beranggapan program ini lebih mudah untuk lolos
mengingat peminatnya yang masih sedikit.
Asumsi tersebut ternyata ada benarnya juga, setelah
dua kali gagal lolos seleksi CPNS reguler, akhirnya aku lolos
program ini. Perasaan campur aduk terus berkelebat dalam
benakku. Di satu sisi aku senang karena menjadi PNS, di sisi
lain ada keraguan karena aku harus hijrah, jauh meninggalkan
tempat peraduan yang nyaman ini untuk tinggal dengan entah
apa yang akan aku jumpai di tempat baru nanti.
Dan, sekarang di sinilah aku saat ini. Riuh suara asing
sayup-sayup terdengar ketika mobil mini bus merapat ke
gapura desa. Kubuka jendela mobil lantas mendongakkan
kepala ke luar. Ramai sekali! Batinku berseru. Nampak
belasan pemuda papua menari-nari dengan hentakanhentakan
kaki yang mantap khas tarian Papua. Suara nyanyian mereka
terdengar nyaring, melengking di udara bercampur dengan
alunan instrumen musik tradisional. Aku tak menyangka akan
semeriah ini mereka menyambut kedatanganku. Sungguh aku
174
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

