Page 37 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 37

kebun.  Gadis  mungil  ini  menjadi  semangat  Bu  Bariah  untuk
               tetap tersenyum.
                      ―Bu, kopi rasanya manis ya, Bu,‖ kata gadis itu sambil
               menjilat bagian luar biji kopi.
                      ―Itu hanya bagian luarnya, Nduk. Kalau sudah dibuat
               bubuk rasanya pahit.‖

                       ―Oh, pahit.‖ wajahnya polos mengangguk.
                      ―Iya,  Nduk.  Sudah  jangan  makan  biji  kopi  terus.
               Nanti perutmu sakit, lebih baik bantu ibu memetik kopi.‖
                      Gerimis masih saja bertaburan dari langit. Bu Bariah
               masih  penuh  semangat  mengumpulkan  biji  demi  biji  kopi.
               Ginjarnya  mulai  penuh.  Ia  lantas  memindahkannya  ke  dalam
               karung.  Si  bungsu  membantu  memetik  kopi  sambil  bermain

               dengan  suasana  alam.  Bu  Bariah  sebenarnya  tidak  ingin
               melihat anaknya bermain di kebun kopi yang penuh risiko. Ia
               tidak  ingin  anaknya  dikeroyok  semut,  digigit  pacet,  atau
               terkena  sengatan  ulat.  Namun  Bu  Bariah  tak  punya  pilihan
               lain. Itu sudah menjadi keseharian Bu Bariah dan si bungsu.
                      ―Bu,  ada  hewan  lucu  di  sana!‖  menunjuk  kearah

               pematang kopi
                       ―Mana?‖
                       ―Itu lo, Bu. Namanya apa, Bu?‖
                       ―Itu musang, Nduk.‖
                       ―Musang makannya apa, Bu?‖
                       ―Kalau yang jenis itu, makan kopi.‖

                       ―Memang jenisnya banyak ya, Bu?‖



                                                         28

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42