Page 40 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 40
―Baiklah kalau begitu.‖
―Aku percaya padamu, Wan,‖ katanya sembari
menepuk pundak Wawan.
Makmun bergegas menuju terminal. Tidak sempat ia
mengambil barang-barangnya di kos. Pikiran Makmun sudah
penuh dengan gambar Ibu dan adiknya di Desa Simpang
Pertanian. Sepanjang perjalann Makmun tidak sedikitpun
tersenyum, bahkan ketika orang bertanya pun ia hanya diam.
Ia seperti manusia yang tinggal di hutan bertahun-tahun.
Mulutnya bungkam seperti tengah di belantara.
Lima jam perjalanan akhirnya Makmun sampai di Desa
Simpang Pertanian. banyak sekali tenda-tenda yang dibangun
oleh tentara. Ada sebuah papan bertuliskan ―Posko Longsor
Bukit Kemuning‖. Makmun langsung berlari menuju posko. Ada
banyak orang yang tidak dikenalinya. Beberapa ada yang
kenal. Dari kejauhan, kepala desa tampak berjalan mendekati
Makmun. Makmun langsung mengulurkan tangannya dan
memberikan salam kepadanya. Kemudian kepala desa pun
menepuk pundak Makmun.
―Yang sabar ya, Mun.‖
―Ini ada apa, Pak?‖ wajahnya sayu.
―Ada tiga desa yang terkena longsor. Desa Tanjung
Baru, Way Tebu, dan desa kita, Mun.‖
―Ibu dan Azizah di mana, Pak?‖
―Berdoa saja kepada Tuhan, semoga ibu dan adikmu
segera ditemukan.‖
―Maksudnya, Pak?‖ air mata menggelayut di wajahnya.
31
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

