Page 39 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 39

Acara  seminar  nasional  telah  dimulai.  Makmun
               bergerak dari sisi kanan ruangan, kiri ruangan, depan, hingga
               ke belakang ruang tempat dilangsungkannya seminar. Makmun
               benar-benar  sibuk  hari  ini.  Ia  tak  sempat  membuka  surat
               dari  ibunya.  Namun  dalam  benaknya  ingin  sekali  ia  segera
               membuka  surat  dari  ibunya.  Ia  sangat  ingin  tahu  apa  yang
               dituliskan ibunya di dalam surat. Jarang sekali, bahkan tidak

               pernah  Ibunya  mengirim  surat.  Ia  membuka  amplop  di
               selasela kegiatan.
                      ―Mun, pembicara kedua sudah ada di parkiran,‖ salah
               seorang panitia menghampiri Makmun.
                       ―Suruh langsung ke ruang transit.‖
                       ―Siap,‖ ia pun berlari menuju parkiran.

                      Makmun  semakin  penasaran  apa  yang  ada  di  dalam
               surat. Ia kembali membuka surat perlahan-lahan. Ia melihat
               bagian  akhir  surat.  Di  luar  dugaan,  ternyata  surat  itu  dari
               Kepala  Desa  Simpang  Pertanian.    Ia  semakin  penasaran,
               mengapa kepala desa mengirim surat untuk Makmun. Makmun
               mulai  membaca  dengan  seksama.  Wajah  Makmun  mulai

               gelisah.  Wajahnya  yang  putih  mulai  memerah.  Seusai
               membaca surat, Makmun langsung menghubungi salah seorang
               panitia.
                      ―Wan,  tolong  acara  ini  kamu  yang  megang,  ya.  Aku
               harus pulang sekarang.‖
                       ―Ada apa, Mun?‖
                      ―Besok setelah aku di kampus lagi akan ku ceritakan

               semua.‖

                                                         30

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44