Page 18 - Evam Bhavatu
P. 18
Untungnya pelayan ku, Roseiu. Yang menyadari suasana hatiku.
Menolongku dengan cara menyudahi pemilihan baju kali ini.
Quirino pun segera pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Padahal dulu dia sebelum pergi selalu mencium kepalaku dan
mengucapkan selamat tinggal dengan manis
Aku pun kembali ke kamarku. Saat Roseiu membantu ku
bersiap siap untuk tidur. Dia mengangkat pembicaraan
“Nyonya, ada apa dengan hubungan anda dengan tuan duke?”
Tanyanya
Ya, aku tahu. Hubungan ku dengan Quirino memang
merenggang yang bahkan semua orang tahu
“A-aku t-t-t-idak tahu." ucapku mulai menangis memikirkan
rumitnya hubungan kami
“Nyonya, menurut nyonya. Austin bagaimana?” Tanyanya sambil
mengusap air mataku.
“Di-dia sa-sangat baik. Di-dia memban-bantuku tan-tanpa pe-
pernah meng-meng-ngeluh. Dan d-dia se-selalu mem-mem-
perlakukan ku d-dengan le-lembut” ucapku walau bingung
mengapa Austin di ungkit ungkit
“Mengapa nyonya dengan tuan duke tidak seperti itu?” Tanyanya
sambil berlutut memgang tanganku
“A-aku se-selalu be-be-berusaha. Te-tetapi di—dia ti-tidak
pernah me-menang-gapi. A-aku ti-tidak tahu ha-harus a-a-apa”
ucapku dengan tangisan yang sudah pecah. Roseiu pun hanya
memelukku dan menepuk nepuk pundakku
Evam Bhavatu 14