Page 130 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 130

122 | Islamic Theology

                  Sesungguhnya Abu Ya„la ini tertipu oleh perkataan Ka„ab al-
           Ahbar yang mengatakan:
                      ْ
                          َ
                                                               ُ ُ ّ
                                          ُْ
                                    ّ
                 ْ
                                                       ٌ
                ى   عبمأ ٤   لز ى    ط٢  ّ  ُ     ز   م     ِ ءام   ؿلا ى َ      لئ    بغلا    هى     ٖ   غ   ج    ُ َ َ َ   م ،   ؽ   ض٣   م ج   و )لُ٢(
                                                    ِ
                 [Riwayat semacam ini tidak boleh dijadikan dasar dalam
                 masalah akidah. Makna literalnya tidak boleh kita ambil
                 karena menyesatkan, mengatakan: “Wujj adalah tanah

                 suci, darinya Allah naik ke langit kemudian menetapkan
                 penciptaan bumi”].
           [Apa yang dikatakan oleh Ka„ab ini secara literal sepenuhnya diambil
           oleh  Abu  Ya„la].  Padahal  riwayat  Ka„ab  ini  kalaupun  seandainya
           benar  maka  kemungkinan  besarnya  saat  itu  beliau  sedang
           menceritakan perkataan Ahli Kitab --yang notabene mereka adalah
           kaum  Musyabbihah--,  dan  memang  Ka„ab  banyak  banyak
           meriwayatkan  perkataan-perkataan  Ahli  Kitab.  Kemudian  bila
           memang  itu  perkataan  Ka„ab  sendiri  maka  yang  dimaksud  adalah
           bahwa Wujj sebagai tempat terakhir dari bumi yang diciptakan oleh
           Allah, dan makna “بغلا جغٖ      م هى    ”; artinya setelah Allah menciptakan
           bumi  kemudian  Allah  menciptakan  langit,  pemahaman  ini  sesuai
           dengan firman-Nya:
                                                           َ
                                              ُ َ ٌ
                                                      ّ َ
                                                  َ
                                 )    44 : ذلهٞ(    نا      ز   ص ي   ه ِ    و ءا   م   ؿلا ى   لئ ي   ىخ   ؾا  ّ ْ َ    ز   م    ُ
                 [Maknanya:  “Kemudian  Allah  bertujuan  untuk
                 menciptakan  langit”.  (QS.  Fush-shilat:  11).  Para  ahli
                 tafsir mengartikan “ىلئ يىخؾا” artinya “ ه٢”; maknanya
                                                     ض
                 “bertujuan”.  Ayat  ini  tidak  boleh  diartikan  “Allah
                 bersemayam di langit”; karena pemahaman seperti ini
                 jelas sesat dan kufur]
                  Terkait  hadits  di  atas;  riwayat  lainnya  dari  sahabat  Abu
           Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
                  َ
                                ُ
                     َّ
                           ّ ُ
                                  ّ
                                              ْ ُ
                 ى   حأ ى   تخ     ملا   ؿلاو   َ    ةلا   هلا هُلٖ     لًر   بح ي ِ  َّ  ي     غم     ب    ب ي ِ ِ    ؾ   غ  ْ    أ ا ّ َ ُ    تهإ )لُ٢(
                                                                ْ
                           ّ َ
                                   ُْ
                                                         َ َ ُ ّ
                                                                  ّ َ
                           م ءا     ؿلا ى   لئ ٪   بع ج َ   غٖ ا  ُ    ً     ه   ه   ى  ْ َ َ    م ض   مد   م ا   ً :   ٫ا٣ٞ ،ة    خ   غ    صلا
                                               ِ
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135