Page 125 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 125

Islamic Theology  | 117
                         َ ْ َ ْ  ْ َ  َ َ  َ َ  ْ ُ ّ  ّ َ َ ّ  ُ  َ َ  َ
                   ه      ً  َ َ    ً     ب   ٗ    ٖ ي   ض   بأ ه  ُ ْ ُ َ ْ َ َ  ِ    ٝ     ٖ   ب   صا  َ َ  َ    ل     نأ     ً   س   ى  ْ  َ َ َ َ      ؼٖ     و   ح    الله    صا      عأ ا   طئ  )لُ٢( َ
                   ِ ِ
                                                           َ ْ َ
                                                                ْ
                  ْ
                  ٍ   ى   م      ٢ ى      نأ     ً   ض   م  ِ ض   م     ٖ   ل    الله    صا      عأ ا   طئو ،٫    ٪     ج   ؼ   ل   ؼ  ِ  ِ      ٞ   ٗ   ى   ض     لط    ى   عبمأ ى   ئ   ل َ َ  ِ
                                                                  ّ
                                                             ِ َ
                                                                ه   م    ُ ْ    ل ى    ج   ج   ل
                 [Ini riwayat seorang Tabi„în, tidak dapat dijadikan dalil
                 dalam  masalah  akidah.  Makna  literalnya  mengatakan:
                 “Jika Allah berkehendak untuk menakuti hamba-hamba-
                 Nya maka Dia menampakan sebagian diri-Nya ke bumi
                 maka  kemudian  terjadi  gempa,  dan  jika  Allah
                 berkehendak  menghancurkan  suatu  kaum  maka  Dia
                 menampakan diri pada mereka”].
                  Abu  Ya„la  berkata:  “Makna  “هًٗب  ًٖ  يضبأ”  adalah  dalam
           makna zahirnya [bermakna “Allah menampakan sebagian Dzat-Nya],
           dan teks itu kembali kepada pemahaman Dzat-Nya, namun demikian
           kita  tidak  menetapkan  bagian-bagian  bagi  Dzat-Nya”.  [Ini  artinya
           menurut Abu Ya„la al-Mujassim  Allah adalah benda, Na„ûdzu billâh].
                  Aku (Ibnul Jawzi) katakan: “Seorang yang mengatakan “ يضبأ
           هًٗب  ًٖ”  [Allah  menampakan  sebagian  Dzat-Nya]  kemudian  ia
           berkata: “Kita tidak menetapkan bagian-bagian bagi Dzat-Nya”; maka
           orang seperti ini tidak layak lagi untuk diajak bicara [artinya sudah
           tidak  memiliki  akal  sehat.  Rancu  dan  sangat  tidak  rasional,
           bagaimana  ia  menetapkan  “تًُٗب”  (bagian)  bagi  Allah,  lalu  ia
           berkata: “Kita tidak menetapkan “bagian-bagian” (تًُٗب) bagi-Nya?].
           Padahal jelas yang dimaksud redaksi riwayat tersebut adalah bahwa
           Allah   menampakan       tanda-tanda   kekuasaan-Nya     [bukan
           menampakan bagian Dzat-nya, karena Allah bukan benda]”.


           Hadits Ke Dua Puluh Delapan

                  Sahabat  Abu  al-Akhmash  al-Jumahi  meriwayatkan  bahwa
           Rasulullah berkata kepadanya:
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130