Page 126 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 126
118 | Islamic Theology
َ ُ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ّ َ َ ُ
ه ِ ظه :٫ى ٣ خٞ ،اه ً ٗ ب ن طأ ٘ ُ ٞ ٣خ ٥ا ؾى ْ م ظ َ ُ ّ ُ َ ل ٗ ل ٪ ج زأ )لُ٢(
ِ
َ
َ
ُ
َ
ُ ْ
لا ٞ :٫ا٢ ،م ٗو :٫ا ٢ غ ،م ن :٫ى ٣جو ،ي غ َ زبمأ ن ٤ طأ ك حو ،غ ْ ه د َ ْ
َ
ّ
َ ُْ
َ
َ َ
ْ
الله ض ُ ٖا ؾ و ، ٥ا ؾى ْ ُ َ َ ِ ض م ً م خأ ى لاٗح الله ى سىم ناٞ ، لٗ ٟج
ِ
ِ
ِ
َ
َ
َ ُْ
٥ ِ ضٖا ْ َ ِ ض م ً ؾ قأ ى لاٗح
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil,
mengatakan: bahwa Rasulullah berkata: “Mungkin
engkau hendak mengambil pisaumu, lalu engkau
memotong telinga sebagian [binatang sembelihanmu],
lalu engkau berkata: “Ini adalah kurban”, lalu engkau
memotong yang lainnya dan engkau berkata: “Ini adalah
potongan sembelihan”. Kemudian ia (Abu al-Akhmash)
berkata: “Iya, benar”. Lalu Rasulullah berkata: “Jangan
engkau lakukan itu, sesungguhnya pisau Allah lebih
tajam dari pisaumu, dan sikut Allah lebih kuat dari
sikutmu”].
berkata: “Tidak ada larangan
Al-Qâdlî Abu Ya„la al-Mujassim
untuk memberlakukan makna teks ini secara zahirnya untuk
menetapkan sikut bagi Allah sebagai bagian dari sifat Dzat-Nya”.
Na„ûdzu billâh.
Aku (Ibnul Jawzi) katakan: “Yang dimaksud kata “ضٖاؿلا”
dalam teks tersebut adalah “ةى٣لا” [artinya kekuasaan, kekuatan].
Dan oleh karena kekuatan pada manusia itu ada pada sikutnya maka
diungkapkanlah dengan penyebutan kata “ضٖاؿلا” sebagai
pendekatan, dan sudah sepantasnya dalam mengungkapkan hal ini
[pendekatan pada manusia] diikutkan pula dengan penyebutan kata
“ى سىتهإا (pisau)”. [Dengan demikian bukan arti riwayat tersebut
bahwa Allah memiliki anggota badan sikut dan memegang pisau,
tetapi untuk mengungkapkan bahwa Allah maha kuasa di atas
siapapun dari para hamba-Nya].