Page 139 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 139

Islamic Theology  | 131

                  Al-Imâm Abu  Sulaiman  al-Khattabi  berkata:  “Pemahaman

                                           dan al-Azhamah
           hadits ini ialah bahwa “al-Kibriyâ„             adalah sifat Allah
           yang khusus bagi-Nya; tidak ada seorang-pun yang menyamai-Nya
           pada  sifat  tersebut,  dan  memang  tidak  layak  bagi  siapapun  untuk
           memiliki  dua  sifat  ini,  karena  seharusnya  sifat  makhluk  adalah
           merendahkan  diri  (at-Tawâdlu„  Wa  at-Tadzallul)   .  Adapun
           penyebutan kata “عاػئ” [yang secara literal berarti kain sarung], dan
           “ءاصع”  [secara  literal  berarti  selendang]  adalah  sebagai  pendekatan
           pembicaraan [bukan untuk menetapkan bahwa Allah memakai kain
           sarung dan selendang]. Dengan demikian bahwa ungkapan hadits ini


           untuk  menegaskan  bahwa  sifat  al-kibriyâ„ dan  al-„Azamah hanya
           miliki Allah saja; tidak siapapun selain-Nya”.


           Hadits Ke Tiga Puluh Enam


                  Al-Imâm al-Bukhari  dan  al-Imâm Muslim  meriwayatkan

           dalam  kitab  Shahîh masing-masing  dari  Abu  Hurairah  bahwa
           Rasulullah bersabda:
                          ْ َ َ
                                  ُ
                                               َ
                                                                    َ
                                           َ ُ
                 ي   ف ي ِ ِ  َ      ط   ٦   غ   و  َ   ناٞ ،ي ُ    وغ   ٦ظ  ْ َ َ  ِ    ه     خ   ح   ن     ً    ٗم ا   هأو ي   ب   َ ْ    ً     ٖ   ب  ِ ض ي  ّ َ ْ    ى   ض     ْ  ْ َ َ    ٖ ا   هأ
                                ِ
                                                                 ِ
                                                   ِ
                                               ْ َ َ
                                     َ
                 ه ْ ُ ُ  ْ ٌ      حز   ر     ىم    لإم يف ه   جغ٦ط لإ   م ي   ف ي ِ ِ  َ      ط   ٦   غ   و    نئو ،ي    س ِ    ٟ  َ ِ  ْ  َ َ ُ    ه     ط   ٦   غ   هج     ف   ه ي  ْ َ َ    ؿٟه
                                                                  ِ ِ
                        ٍ
                                ْ َ
                                                  َ َ ْ ُ
                          َ ْ
                   ه      خِجأ ي    ص ِ    م   ً ي ِ      جأ   وا    نئو ،ا  َ ً    ع   ٖا   ِ ط ه ْ  ّ    ٣   غ   ب   ذ     ُلئ  ْ ً  ِ  ّ  ّ َ      ج   ٣   غ   ب     لئ   ي     ق   ب   ر   ج ا    نئو ،
                                                                   ْ    ه   غ   و   تل .    َ َ ً
                 [Makna  literal  riwayat  ini  tidak  boleh  kita  ambil,
                 mengatakan: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku
                 dengan-Ku,  Aku  bersamanya  ketika  ia  menyebut-Ku,
                 jika  ia  menyebut-Ku  dalam  jiwanya  maka  Aku
                 menyebutnya  dalam  jiwa-Ku,  jika  ia  menyebut-Ku
                 dalam  kelompok  maka  Aku  menyebutnya  dalam
                 kelompok  yang  lebik  dari  kelompoknya,  jika  ia
                 mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat
                 kepadanya  seukuran  jarak  satu  hasta,  jika  ia
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144