Page 143 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 143

Islamic Theology  | 135

           dalam  al-Qur„an,  yaitu  firman  Allah:  “مامٛلا ًم للْ  يف الله مهيجأً”.
           [Abu Ya„la memahami ayat ini dalam makna  indrawi, mengatakan
           bahwa Allah akan datang (pindah dari suatu tempat) ke penduduk
           surga di dalam bayangan-bayangan awan. Na„ûdzu billâh].

                  Abu Ya„la tidak paham, padahal yang dimaksud ayat: “ مهيجأً
           مامٛلا  ًم  للْ  يف  الله”  adalah  dalam  makna:  “  ًم  للٓب  الله  مهيجأً
           مامٛلا”;  [Artinya,  Allah  akan  mendatangkan  bayangan-bayangan
           awan  kepada  mereka,  bukan  artinya  Allah  akan  datang  dengan
           bayangan awan tersebut].


           Hadits Ke Tiga Puluh Sembilan

                  Diriwayatkan  dari  Aisyah,  berkata:  “Rasulullah  ditanya
           tentang al-Maqâm al-Mahmûd, kemudian beliau berkata:
                                   ْ
                                                               َ َ َ
                                                         َ ّ
                                                     َ ّ َ َ ّ
                                            ُ ُ ْ
                                ف    ٗ   غ َ ْ    لا ى َ  َ    ٗ   ى  ِ ص     ٖ   ل    ٣لاب    ل      ؼ     و   ح    ٖ ي   ب   ع ي ِ    ٖ   ض   و    و )لُ٢(
                 [Ini  adalah  riwayat  bohong,  tidak  boleh  diambil  dan
                 diyakini,  sangat  menyesatkan,  berkata:  “Allah  telah
                 berjanji kepadaku bahwa aku akan duduk di atas arsy”].
                  Hadits ini tidak benar dari Rasulullah (hadits palsu/maudlû„
                                                                          ).
           Sementara Ibnu Hamid al-Mujassim
                                             berkata: “Wajib beriman dengan
           apa yang telah datang dalam hadits ini bahwa Allah akan berdekatan
           dan  bersentuhan  dengan  Nabi  Muhammad  ketika  Dia
           mendudukannya di atas arsy bersama-Nya. Dalam memaknai firman
           Allah: “ىٟلؼل اهضىٖ هل نئو” sahabat Ibnu Umar berkata: “Dalam ayat
           ini  disebutkan  bahwa  jarak  Allah  sangat  dekat  dengan  Nabi
           Muhammad; bahkan hingga Rasulullah menyentuh sebagian-Nya”.
           (Na„ûdzu billâh).


                  Apa  yang  dinyatakan  Ibnu  Hamid  al-Mujassim ini  adalah
           bohong besar terhadap sahabat Abdullah ibn Umar. Sesungguhnya
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148