Page 145 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 145

Islamic Theology  | 137

                  Dalam riwayat Abu Ishaq dari Ibnu Khalifah dari Ibnu Umar
           mempergunakan redaksi sebagai berikut:
                                              َ َ
                                   ُ
                                                             َ
                   ْ
                                                          َ َ
                   ِ   ٌ    َُأ  ُ      هل      ٘م  ِ    غ    س   ي     ؾ  ْ ّ ُ َ    ٨لا   َ   ٖ    ل ى  َ    ٗ   لا ى  َ    حو  ٥  َ َ      بج   عا    ـ   ل َ   ح  ا   طئ  )لُ٢(
                                                                 ْ
                                                            ّ
                                                           لخ   غلا ِ   َُأ٦
                  Redaksi lainnya dalam riwayat Ibnu Jarir bahwa Abdullah ibn
           Khalifah berkata: Rasulullah bersabda:
                   َ
                                                              ّ ُ
                      ْ
                                               ّ َ َ
                                      ْ َ
                   م  ا  َ    ٞ ه   ُلٖ ض  َ    ه     ل   ُ   ٣   ٗ  ّ ُ َ ْ ُ      هئو    ى   عبمأو         م   ى ِ ثا    ؿلا  ِ  ِ  ْ ّ ُ َ َ      ٦   غ   ؾ   ُ   ه     و   ؾ   ٘      نئ )لُ٢(
                                       َ
                 ّ
                                                        َ
                                               َ
                          َ َ
                                         ّ
                                ْ ُ
                                                    ْ
                    نئو ،اه   ٗم   جٞ     هٗ   ب   نأب ٫ا      ٢    مز ،٘با َ   نأ ٘ب   عأ عا   ض٣   م هىم ل   ً ُ    ً   ٟ َ ْ ُ  َ َ
                             ِ
                                                          ِ
                                                             ً
                                                               ْ
                                                        ْ
                                       ِ ِ ِ  ْ َ      م   ً     ز   ٣   هل      ب٦ َ َ    ع ا   طئ لخ ّ    ِ     غلا  ِ    َُأ٦ ا   ُ   َُ    ل   ه     لأ
           Riwayat  ke  dua  ini  menyalahi  riwayat  yang  pertama,  semua  itu
           menunjukan  kerancuan  para  perawinya  dan  buruknya  hafalan
           mereka. Dan seandainya hadits ini hendak diartikan [padahal hadits
           ini tidak benar dan tidak dapat dijadikan dalil] maka yang dimaksud
           adalah bahwa keagungan Allah dan kekuasaan-Nya memenuhi al-
           Kursi, jadi redaksi ini adalah untuk mengungkapkan keagungan Allah
           dan keluhuran derajat-Nya [bukan untuk menetapkan tempat bagi-
           Nya].
                  Kemudian perkataan para perawi, ada yang dengan redaksi
           “ضٗ٢ اطئ”, ada pula yang dengan redaksi “ـلح اطئ”; ini semua adalah
           dari reduksi (perombakan) yang berasal dari ungkapan yang mereka
           buat-buat  sendiri  dan  diprasangkakan  oleh  mereka,  sama  persis
           dengan orang yang dalam memahami firman Allah “ ىلٖ يىخؾا مز
           فغٗلا”; ia membuat-buat dan berprasangka bahwa makna “  يىخؾا”
           di  sini  adalah  “ضٗ٢”  [duduk].  Dasar  yang  kita  jelaskan  ini  adalah
           karena Allah tidak boleh disifati dengan sifat duduk, terlebih dengan
           mengatakan  Dia  lebih  besar  dari  tempat  duduk-Nya  sendiri,  ini
           semua mustahil karena itu semua adalah sifat-sifat benda [padahal
           dan Allah bukan benda].
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150