Page 146 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 146

138 | Islamic Theology

           Hadits Ke Empat Puluh Satu



                  Al-Imâm al-Bukhari  dan  al-Imâm Muslim  meriwayatkan
           dalam  kitab  sahih  masing-masing  dari  hadits  Abu  Sa„id  bahwa
           Rasulullah bersabda:
                     َ
                                                               َ ُ
                         ُ
                                   َ
                               َ ُ
                                                ّ َ ْ َ
                                        َ َ
                    ٪ُ   ب ّ َ    ل :٫ى   ٣ُٞ ،   م   صاء ا   ً :ت   ما   ُ٣لا ّ      ً   ى   م      لحو   ّ   ؼٖ  الله ٫ى   ٣   ً )لُ٢(
                                  َ
                                                                   َ ْ َ َ
                           َ
                                                          َ َ
                                   َ
                                                 َ ْ
                             ُ
                   جغ        ج   س  ْ ُ ْ َ      نأ    ٥غ   مأً     لا ى    ٗح  الله      نئ  :ث   ى   هب  ي ّ    ُ   ى  ِ صا  ُ   ٞ  ، ً َ    ٪ً    ٗ   ض    ؾو
                                                                   ّ
                                                                َ ْ
                                                       عا   ىلا ى   لئ ا      ٗب   ث    ٪خٍ   عط
                 [Hadits ini tidak benar, tidak boleh dijadikan dalil, makna
                 literalnya  menyesatkan.  Disebutkan  bahwa  di  hari
                 kiamat  nanti  Allah  berkata:  “Wahai  Adam!  Adam
                 menjawab: “Iya wahai Tuhan-ku, segala kagungan milik-
                 Mu. Maka Allah menyeru dengan suara: “Sesungguhnya
                 Allah  memerintahkan  kepadamu  agar  engkau
                 mengeluarkan keturunanmu yang diutus ke neraka”.
                  Riwayat tentang hadits ini dengan mempergunakan redaksi
           “ثىن”  disebutkan  oleh  Hafsh  bin  Ghiyats  secara  menyendiri
           [tafarrada  bih] Riwayat  Hafsh  ini  berseberangan  dengan  riwayat
                         .
           Waqi„,  Jarir,  dan  perawi  lainnya  yang  tidak  mempergunakan  kata
           “ثىن”. Al-Imâm   Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang Hafsh bin
           Ghiyats,  berkata:  “Dia  adalah  orang  yang  rancu  dalam  haditsnya
           [yakhlith]” [Karena  itu  hadits  ini  tidak  boleh  dijadikan  sandaran,
                     .
           terlebih dalam masalah akidah].
                  Sementara ada hadits lain yang sahih dengan redaksi berikut:
                  َ
                                                    ُ
                                            َ
                                                 َ ْ
                                 ّ
                                      ْ ُ
                      ّ
                         ّ
                 ت   لؿل   ؿلا     غج  َ      ٦   ِ ءام   ؿلا    ل      هأ ٘م   ؾ     ح ي    ىلاب     الله     ج    ٩   ل م  َ    طئ ا َ َ َ ّ   )لُ٢(
                                 َ َ َ ّ
                                                                   َ
                    َ ْ
                                                             ّ
                 ي   ح   ىلاب  الله     ٩   ل م    ج  ا َ   طئ  :)صىٗؿم  ًبا  ثًضخ  يفو(     ٟ ا    هلا  ى   لٖ
                                       ْ
                                                   ْ
                                                                    َ
                           ّ
                                        ّ
                                                          ّ
                                           ّ
                                                             ُ
                         اٟ      هلا ى      لٖ    تلؿ   ل   ؿلا     غج٦ تله   لن ءام   ؿلا     لهأ ٘م   ؾ
                                   ِ
           Dalam hadits sahih ini tidak ada penyebutan redaksi “ لهأ   هجىن ٘مؾ
           ءامؿلا” [artinya dalam tidak ada penyebutan bahwa Allah bersuara].
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151