Page 40 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 40
32 | Islamic Theology
Kata-kata seperti ini adalah ungkapan yang sangat aneh.
Mereka mengatakan “Makna-maknanya tidak diketahui oleh
siapapun kecuali oleh Allah saja”, tapi begitu mereka sendiri
memaknai itu semua dalam makna zahirnya. Padahal
siapapun tahu bahwa makna zahir dari kata “Istawâ” adalah
duduk, dan makna zahir “nuzûl” adalah pindah dengan
bergerak dari satu tempat (arah atas) ke tempat yang lain
(arah bawah). [Lalu adakah pantas jika Allah disifati dengan
sifat-sifat benda semacam ini?! Allah maha suci dari apa yang
dikatakan oleh orang-orang kafir dengan kesucian yang
agung].
3. Mereka telah menetapkan sifat-sifat bagi Allah sesuai dengan
hawa nafsu mereka. Padahal sesungguhnya seluruh sifat-sifat
Allah itu hanya kita tetapkan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah sendiri dengan dalil-dalil yang pasti
(tawqîfiyyah) .
4. Dalam menetapkan sifat-sifat Allah mereka tidak pernah
;
membedakan antara hadits-hadits yang masyhur seperti
sabda Rasulullah:
ّ ّ َ ُ ّ ْ
اُه ضلا ءام ؿلا ى لئ اى ٫ جً ز بع
dengan hadits-hadits yang tidak benar, seperti hadits:
ُ ّ
ْ َ
ُ ْ
ةع ى ن ً ؿ خأ ي ف ي بع ذًأع
ِ
Hanya karena keduanya diriwayatkan dalam beberapa kitab
lalu langsung mereka menetapkan itu semua sebagai sifat-
sifat bagi Allah. Mereka tidak peduli, apakah hadits itu
dengan derajat mashur atau tidak.
5. Dalam menetapkan sifat-sifat Allah mereka tidak
membedakan antara hadits marfû„ (yang langsung berasal
dari Rasulullah) dengan hadits mawqûf (yang berasal dari
pernyataan seorang sahabat, atau yang berasal dari