Page 43 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 43

Islamic Theology  | 35

                                         Bab
                   Menjelaskan Beberapa Makna Teks Mutasyabih
                                   Dalam Al-Qur’an



                  Diantaranya adalah sebagai berikut;
           Pertama:

                 Firman Allah:
                                                               َ ْ ُ ّ َ
                                        ُ ْ ُ ْ
                 ،) 29 : ماٗوبمأ( ه  َ ْ َ  َ    ٍغ   ض   و   ن     و   ح   ه    ً / ) 94  :ًمخغلا(  َ    ح   ه     ع   ب   ٪      و ى َ  َ    ٍو   ب   ٣  َ ْ  ُ
                               ُ ْ ُ َ
                                                   َ ْ َ
                 الله   َ ْ َ      و   ح   ه      نو    ٍغ   ض    ً  ،) 55   :وه٣لا(     ح   ه ه    و     لائ    ٪ ِ  َ ٌ   ٍ ءى     ه   لا  ّ    ٧   ل      ش
                                                           )    85  :موغلا(
                 [Ayat-ayat  ini  tidak  boleh  dipahami  dalam  makna
                 zahirnya  yang  mengatakan  seakan  Allah  memiliki
                 anggota badan; wajah atau muka].
                  Para  ahli  tafsir  berkata:  “Makna  “٪بع  هحو  ى٣بٍو”;  artinya
           “٪بع  ى٣بٍو”;  “Dan  Tuhanmu  (Allah)  maha  kekal”.  Demikian  pula
           pemahaman firman Allah yang senada dengan ayat di atas, firman-
           Nya:  “ههحو  نوضٍغً”;  para  ahli  tafsir  berkata:  “Artinya:  “ههوضٍغً”;

           “Mereka  bertujuan  karena  Allah”.  Sementara  al-Imâm ad-Dlahhak
           dan Abu Ubaidah menafsirkan firman Allah “ههحو لائ ٪لاه ءى ش ل٧”;
           artinya “ىه لائ”; “Segala sesuatu akan punah kecuali Allah”.
                  Kaum Musyabbihah; di antaranya pemuka-pemuka mereka

           tiga orang yang kita sebutkan di atas, berpendapat bahwa “al-Wajh”
           pada hak Allah adalah sebagai sifat-Nya yang merupakan bagian dari
           Dzat-Nya. Entah dari mana mereka menyimpulkan pemahaman sesat
           seperti ini? yang jelas mereka tidak memiliki argumen untuk itu; dan
           argumen  apapun  yang  mereka  kemukakan  pasti  berangkat  dari
           pemahaman indrawi, karena itulah mereka mengatakan bahwa al-

           Wajh adalah  bagian  dari  Dzat-Nya.  [Artinya  mereka  menetapkan

           makna  al-Wajh sebagai  bagian  dan  dan  atau  anggota  badan  bagi
           Allah; yaitu muka]. Padahal dengan dasar pemahaman sesat seperti
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48