Page 45 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 45

Islamic Theology  | 37



                  Sementara  al-Qâdlî Abu  Ya„la  al-Mujassim berpendapat

           bahwa  “„Ain” pada  hak  Allah  adalah  sifat-Nya  yang  merupakan
           bagian dari Dzat-Nya [Sama persis dengan apa yang diyakini oleh

           Ibnu Hamid di atas]. Sebenarnya akidah tasybîh sesat Abu Ya„la ini
           telah  didahului  oleh  orang  sebelumnya,  yaitu  orang  bernama  Abu
           Bakr  bin  Khuzaimah.  Dalam  memahami  ayat-ayat  di  atas  Ibn
           Khuzaimah  berkata:  “Tuhan  kita  memiliki  dua  mata  yang  dengan
           kedua  matanya  tersebut  Dia  melihat”.  Sementara  itu  Ibnu  Hamid
           berkata: “Wajib beriman bahwa Allah memiliki dua mata”.
                  Ungkapan-ungkapan  semacam  itu  jelas  merupakan  bid„ah,
           dan mereka tidak akan memiliki argumen untuk dijadikan alasan bagi
           pemahaman  sesat  tersebut.  Mereka  menyimpulkan  bahwa  Allah
           memiliki  dua  mata  hanya  karena  didasarkan  kepada  makna  zahir
           hadits Nabi: “  عىٖأب ـِل”, [makna zahir hadits ini mengatakan “Allah
           tidak buta”]. Padahal yang dimaksud hadits tersebut adalah untuk
           menjelaskan bahwa Allah maha suci dari segala bentuk kekurangan,
           cela  dan  aib.  Sedikitpun  bukan  untuk  menetapkan  bahwa  Allah
           memiliki anggota-anggota badan dan atau memiliki bagian-bagian.
           Seorang yang berkeyakinan tanzîh  maka dia akan paham bahwa al-
           „ain  pada hak Allah yang dimaksud bukan sebagai anggota badan dan
           bukan  sebagai  bagian  dari  Dzat-Nya  [karena  Allah  maha  suci  dari
           bagian-bagian].


           Ke Tiga:

                 Firman Allah:
                                     َ َ
                                                                 َ
                                            َ ُ
                                                              ُ َ ّ
                 ،) 41  :ذخٟلا(    مه      يض ْ ْ ْ  ُ      ًأ    ١ى   ٞ الله    ض      ً / ) 42  :م(   َ   يض      ُب    ذ٣ل   ز ا   تهإ ِ
                         َ
                                       َ
                 :ـٌ( ءى   ّ       َ ْ ُ ُ      م   ٩ل   ى   ث     ٧   ل      ش    هض   ُب ،) 31  :ةضئاتهإا( نا    ب   ل     ً   ض   ها     م   ب   ؿ   ى   َ   خ  َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ ْ َ
                                    ِ
                                  َ ّ َ َ َ َ ْ َ َ
                                                              َ َ ْ َ ْ
                  ْ
                 ض   ًأب        م   ءا     ب   ى   ِ   ى   ها ا    ؿلا   و   ) ،  93   :ناغمٖ  ٫اء( ر      لا   خ   ح    ٥  ِ ض   ُب  ،) 58
                                                         )    14  :ثاٍعاظلا (
                 [Ayat-ayat  ini  tidak  boleh  dipahami  dalam  makna
                 zahirnya  yang  mengatakan  seakan  bahwa  Allah
                 memiliki anggota badan; tangan. Makna zahir ayat-ayat
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50