Page 89 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 89
Islamic Theology | 81
para ulama berkata: “هل هخُهاغ٦ ثضىؾأ ءى ش ًم عاٚ ًم ل٧” [artinya;
“Setiap yang cemburu dari sesuatu maka itu artinya orang tersebut
benci terhadap sesuatu tersebut”. Contoh, seorang suami cemburu
bila istrinya berselingkuh; itu artinya suami tersebut membenci
perselingkuhan]. Dengan demikian kata “ةرحٛلا” dalam hadits di atas
bukan untuk menetapkan bahwa Allah memiliki sifat cemburu, tetapi
untuk mengungkapkan bahwa Allah sangat murka jika hamba-
hamba-Nya melakukan keburukan dan kejahatan. Oleh karena itulah
Allah mengharamkan segala bentuk kejahatan dan keburukan (al-
[karena Allah sangat sayang terhadap hamba-hamba-Nya
fawahisy)
yang mukmin], dan Allah memberikan ancaman terhadap orang-
orang yang melakukan kejahatan tersebut. Untuk pemahaman inilah
kemudian Rasulullah dalam haditsnya mengungkapkan dengan
redaksi “al-ghayrah” .
Hadits Ke Tujuh
Sahabat Abu Musa meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda:
َ
َ
َ
َ َ
َ َ َ َ
ّ
ْ َ ْ
َ َ
ْ
َ َ
َ ْ
ُ٘مح ًم اهًب٢ ٍ تًب٢ ًم مصاء ٤لز ىلاٗح الله نئ )لُ٢ (
ِ
ِ
ِ
ِ
ْ
ىعبمأ
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil karena
menyesatkan, mengatakan: “Sesungguhnya Allah
menciptakan Nabi Adam dari segenggam [tanah] yang
Dia genggamnya dari seluruh [tanah] bumi”. Makna
literal ini mengatakan seakan Allah memiliki genggaman
tangan]
Sesungguhnya kata “تًب٢” [yang secara literal berarti “genggaman”]
dalam teks ini dengan disandarkan kepada Allah bukan untuk tujuan
menetapkan bahwa Allah memiliki genggaman tangan. Ketahuilah,
bahwa dalam bahasa Arab itu biasa diungkapkan “perbuatan seorang