Page 91 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 91
Islamic Theology | 83
ُ َ َ َ ّ َ
َ َ َ
َ َ
َ َ َ َ ْ
ّ َ س غ ج ٧ ل ٞ ،ه ُ ْ ٞ ه غ ب ُب ض ً َ ي م صا ء ت ى غم َُ َ ْ ز ا تهإ الله نئ ّ )لُ٢(
ِ
ُ
ْ
َ
،ا ب نُ ه م َ َ ُ َ َ ّ م ز ل ِ ّ ز ،ي َ غ زبمأ هض ً ِ ف ي َ ْ ُ َ ّ و ٧ ل ز ب ِ ٍ ث ِ ِ ً م ُ هى َ ْ ف ي ٍ ِ ّ َ ُ ب َ
ِ
َ ّ ْ َ ّ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ّ ِ ْ َ َ َ ّ ْ ْ ُ َ ْ ّ ُ َ
ِ ِ ٍ س غ ج تهإا ُ ذ م ً لا ح ي و ذ ِ ِ ِ ٞ م ً ز م ً س غ ج لا ح ي م ً تهإا ُ
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil karena
menyesatkan, mengatakan: “Sesungguhnya ketika Allah
mengaduk tanah [untuk menciptakan] Adam Ia
memukulkan dengan kedua tangan-Nya pada tanah
tersebut. Maka dari tangan kanan-Nya keluar segala
sesuatu yang baik, dan dari tangan lain-Nya keluar
segala sesuatu yang buruk. Kemudian Dia
mencampurkan antara keduanya, maka dari situlah Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup”].
Ini adalah hadits mursal [tidak dapat dijadikan landasan
aqidah]. Telah tetap dalil bahwa Allah tidak disifati dengan
bersentuhan dengan sesuatu dari makhluk-Nya karena Allah bukan
benda. Kalaupun seandainya hadits ini benar [padahal tidak dapat
dijadikan dasar akidah] maka tujuannya untuk menceritakan
ketentuan-ketentuan Allah dalam proses penciptaan Nabi Adam
[artinya, bukan dalam makna literalnya].
Sementara al-Qâdlî Abu Ya„la al-Mujassim berkata:
“Mengaduk tanah dan mengolahnya adalah pekerjaan yang
disandarkan kepada tangan, dan dengan cara itulah Allah
menciptakan Nabi Adam”.
Sesungguhnya, ungkapan Abu Ya„la ini nyata merupakan
penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya (tasybîh) .
Hadits Ke Sembilan
Ubaid bin Hunain meriwayatkan, berkata: