Page 96 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 96

88 | Islamic Theology

           Hadits Ke Sebelas


                  Al-Imâm al-Bukhari dan al-Imâm Muslim dalam kitab Sahih

           masing-masing meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Anas bin
           Malik, bahwa Rasulullah bersabda:
                                                             َ َ
                              َ ْ
                       ّ َ َ َ
                                              ْ
                                         ُ ُ َ ْ
                                                        َ َ
                   ٘      ً   ً ى   تخ ؟ض   ٍؼ   م ً ِ    ل     م    ه :   ٫ى   ٣جو اه   يٞ ى   ٣ل   ً م ّ ُ َ    ه   ى    ح ٫ا   ؼ   ج لا )لُ٢(
                                       َ
                                                   َ
                                                              ّ
                                          ُ
                                                           ْ َ
                                                                   ّ
                                    َ ْ
                                                       َ َ
                                  ٌ   ٗ   ب ى   لئ اه   ًٗب ي    ح   وز ُ َ    ٞ ه   م   ض٢ ا   ه   يٞ ة   ؼٗلا     بع
                 [Makna  literal  riwayat  ini  tidak  boleh  kita  ambil,
                 mengatakan: “Terus-menerus Jahanam akan dimasukan
                 di dalamnya (dari para penghuninya). Jahanam berkata:
                 “Adakah  tambahan  lagi?”,  hingga  kemudian  Allah
                 meletakan  telapak  kaki-Nya  di  dalamnya  hingga
                 berdesakan sebagiannya kepada sebagian yang lain”].
                  Aku  (Ibnul  Jawzi)  berkata:  “Wajib  bagi  kita  berkeyakinan
           bahwa Dzat Allah bukan benda yang dapat terbagi-bagi, tidak diliputi
           oleh tempat, tidak disifati dengan berubah, dan tidak disifati dengan
           berpindah-pindah. Telah diriwayatkan dari Abu Ubaid al-Harawi dan
           al-Imâm al-Hasan al-Bashri, bahwa ia (al-Hasan al-Bahsri) berkata:

           Yang dimaksud “مض٢” dalam hadits di atas adalah orang-orang yang
           didatangkan  [dimasukan,  ditempatkan]  oleh  Allah  dari  para
           makhluk-Nya yang jahat di dalam nereka Jahanam”.

                  Abu Manshur al-Azhari [salah seorang pakar bahasa] berkata:
           “Kata  “مض٢”  yang  dimaksud  di  sini  adalah  orang-orang  yang
           merupakan  penghuni  neraka,  mereka  di  datangkan  ke  neraka  dan
           dikekalkan di dalamnya selamanya. Dalam bahasa, diungkapkan; “ اتهإ
             َ
                                                          ّ
                  ّ
           م   ض٢ :م  ِ ض٢” [Artinya, “sesuatu yang didatangkan” (مض٢ ام) maka dalam
           penggunaannya diungkapkan dengan kata “مض٢”]. Contoh seperti ini,
           dalam  bahwa  bahasa  Arab  ungkapan;  “مضه  :مضه  اتهإ”  [Artinya,
           “sesuatu yang dihancurkan” (مضه ام) maka dalam penggunaannya
           diungkapkan dengan kata “مضه”]. Contoh lainnya yang menguatkan
           penggunaan bahasa seperti ini di dalam sebuah riwayat:
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101