Page 93 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 93
Islamic Theology | 85
Abdullah bin Hanbal berkata: “Saya tidak pernah melihat
”. [Artinya, riwayat
hadits ini dalam kitab-kitab syari„at yang mu„tamad
ini tidak pernah ada dalam kitab-kitab yang merupakan sandaran
(referensi) yang kuat dan dibenarkan].
Sementara tentang siapa Ubaid bin Hunain; al-Imâm al-
Bukhari berkata: “Hadits-haditsnya tentang penduduk Madinah tidak
ada yang benar”.
Selain itu, di dalam hadits tersebut terdapat cacat lainnya,
yaitu bahwa Qatadah bin an-Nu„man telah wafat pada masa Khalifah
Umar bin al-Khattab, sementara Ubaid bin Hunain wafat tahun 105
H pada umur 75 tahun --dalam pendapat al-Waqidi--. Ini artinya
antara Ubaid bin Hunain dan Qatadah bin an-Nu„man terdapat
rentang jarak masa [yang karenanya keduanya tidak pernah
bertemu] yang menjadikan riwayat hadits tersebut terputus.
Al-Imâm Ahmad bin Hanbal berkata: “Kalaupun riwayat ini
benar; kemungkinan maknanya adalah bahwa saat itu Rasulullah
sedang menceritakan perkataan sebagian Ahli Kitab untuk tujuan
mengingkari mereka, hanya saja pengingkaran Rasulullah ini tidak
dipahami oleh Qatadah”.
Apa yang diungkapkan oleh al-Imâm Ahmad ini benar,
karena ada sebuah hadits yang telah kami riwayatkan bahwa suatu
ketika sahabat az-Zubair mendengar seseorang [dari sahabat
Rasulullah] menyampaikan sebuah hadits Nabi. Sahabat az-Zubair
menyimak dengan seksama apa yang disampaikan oleh sahabat
tersebut. Setelah selesai az-Zubair berkata: “Benarkah engkau
mendengar apa yang engkau sampaikan tersebut dari Rasulullah?”.
Sahabat itu menjawab: “Benar, aku mendengarnya dari Rasulullah”.
Az-Zubair berkata: “Apa yang engkau sampaikan itu dan setiap yang
semacam itu adalah perkara-perkara yang dilarang bagi kita untuk
mengatakan bahwa itu dari Rasulullah. Sesungguhnya apa yang
kamu sampaikan tadi aku-pun telah mendengarnya dari Rasulullah;