Page 109 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 109

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  107
            Bukhari dan Muslim adalah bahwa ayat tersebut turun tentang Abu
            Thalib, dan perkataan Rasulullah: “Aku pasti memintakan ampunan
            bagi-mu jika aku tidak dilarang untuk melakukan itu bagimu”; adalah
                                             169
            bagi Abu Thalib [bukan ayahandanya] .
                    Sementara  hadits  yang  di  dalamnya  disebutkan:  “Ibuku
            bersama  ibu  kalian  [di  neraka]”  telah  diriwayatkan  oleh  al-Hakim
            dalam kitab al-Mustadrak dan dinyatakan olehnya bahwa itu hadits
            sahih; ketahuilah bahwa sudah sangat maklum bahwa hadits-hadits
            di  dalam  al-Mustadrak  terlalu  gampang  di-sahih-kan  (tasahul),
            sementara dalam kitab-kitab  ilmu hadits  telah  ditetapkan  jika klain
            sahih  dalam  al-Mustadrak  jika  dinyatakan  hanya  oleh  al-Hakim
            seorang diri maka itu tidak dapat diterima. Kemudian dari pada itu,
            adz-Dzahabi  sendiri  dalam  kitab  Mukhtashar  al-Mustadrak,  ketika
            menjalaskan hadits ini dan mengutip perkataan al-Hakim bahwa itu
            sebagai  hadits  sahih,  maka  ia  (adz-Dzahabi)    dalam  komentarnya
            berkata: “Aku berkata: “Demi Allah hadits ini tidak sahih, Utsman ibn
            Umair [salah seorang perawi dalam sanad-nya] adalah seorang yang
            telah dinyatakan lemah (dla’if) oleh ad-Daraquthni”. Perhatikan, adz-
            Dzahabi dalam komentarnya mengungkapkan dengan sumpah syar’i
            (yaitu  dengan  menyebut  nama  Allah),  dengan  demikian  masalah
            yang kita bahas ini tidak dapat didasarkan kepada hadits-hadits dla’if,
            kalau  ternyata  ada  hadits-hadits  yang  tidak  dla’if  dapat  kita
                       170
            pergunakan .

            Dasar Ke Empat:
                    Di antara yang menguatkan metode bantahan ke tiga di atas
            adalah  bahwa  telah  tetap  (tsabit)  atsar  yang  menyebutkan  ada
            sekelompok  orang  yang  hidup  di  zaman  jahiliyyah  dahulu  di  mana
            mereka  tetap  memegang  teguh  ajaran  nabi  Ibrahim,  dan  mereka
            tidak  berbuat  syirik.  Dengan  demikian  tidak  tercegah  bila  kedua
            orang tua Rasulullah termasuk dari kelompok orang-orang tersebut;


                  169   al-Hawi Li al-Fatawi, 2/226
                  170  Masalik al-Hunfa, as-Suyuthi, dalam al-Hawi Li al-Fatawi, 2/227
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114