Page 113 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 113
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 111
Penjelasan Hadits Riwayat Imam Muslim “Inna Abi Wa Abaka…”
Jika seseorang bertanya: “Tersisa satu permasalahan; yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari sahabat Anas ibn
Malik, bahwa seorang laki berkata kepada Rasulullah: “Wahai
Rasulullah di manakah ayahku?”, Rasulullah menjawab: “Di neraka”,
setelah orang itu berpaling hendak pergi, Rasulullah memanggilnya
kembali, lalu berkata: “Sesungguhnya ayah-ku dan ayah-mu di dalam
neraka”. Juga ada hadits lain riwayat Muslim dan Abu Dawud, dari
sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah memintakan izin untuk
meminta ampun kepada Allah bagi ibundanya, namun Rasulullah
tidak diizinkan untuk itu”. Jelaskanlah permasalahan ini?!
Jawab: “Al-Hafizh as-Suyuthi berkata: Baiklah, dengan segala
hormat dan penuh taat akan aku jelaskan. Jawabannya sebagai
berikut; Sesungguhnya hadits dengan redaksi “Inna Abi Wa Abaka Fin
Nar” tidak disepakati demikian adanya oleh para perawi hadits.
Redaksi demikian itu hanya disebutkan oleh Hammad ibn Salamah,
dari Tsabit al-Bunani, dari Anas ibn Malik; dan inilah jalur riwayat
Muslim [diriwayatkan olehnya seorang diri, tafarrud]. Redaksi
tersebut berbeda dengan redaksi yang disebutkan oleh Ma’mar, dari
Tsabit. Dari jalur Ma’mar ini tidak dengan redaksi “Inna Abi Wa
Abaka Fin Nar”, tetapi dengan redaksi “Idza mararta bi qabr kafir fa
basy-syirhu bin nar” [Jika engkau melewati kuburan seorang kafir
maka beritakan kepadanya dengan siksaan neraka]. Redaksi dari
Ma’mar ini sedikit-pun tidak menyinggung tentang keadaan kedua
orang tua Rasulullah. Dan riwayat Ma’mar ini lebih kuat, oleh karena
kompetensi Ma’mar dalam periwayatan hadits lebih tinggi dibanding
Hammad, dengan dasar sebagai berikut; (1) Hafalan Hammad masih
diperselisihkan (tukullima fi hif-dzih, artinya mendapatkan beberapa
kritikan), (2) Ada banyak hadits yang diriwayatkan oleh Hammad
adalah hadits-hadits munkar. Para ulama mengatakan bahwa
saudara tirinya telah memasukan perombakan (reduksi/sisipan palsu)
terhadap tulisan-tulisannya, dan (3) Hammad tidak banyak hafal,
karena itu ia hanya meriwayatkan hadits dari hasil tulisan-tulisannya
saja; yang karena itu pula ia menjadi rancu (wahm), dan juga karena
itu maka (4) al-Bukhari tidak meriwayatkan hadits-hadits Hammad