Page 112 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 112
110 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
Rasulullah yang lainnya, padahal ungkapan yang dinyatakan oleh
Imam Abul Hasan ini hanya tertentu bagi Abu Bakr saja, tidak bagi
semua sahabat. Dengan demikian pemahaman yang benar bagi
ungkapan “ain ar-ridla” tersebut adalah bahwa Abu Bakr ash-Shiddiq
tidak pernah melakukan kekufuran dan syirik kepada Allah sebelum
diutusnya Rasulullah, keadaan beliau kemungkinan seperti Zaid ibn
Amr ibn Nufail dan orang-orang seperti dia, karena itulah
penyebutan secara khusus hanya Abu Bakr oleh imam Abul Hasan
adalah sebagai ungkapan bahwa Abu Bakr memiliki keistimewaan
177
lebih di atas para sahabat lainnya” .
Al-Hafizh as-Suyuthi berkata:
“Demikian pula dengan kedua orang tua Rasulullah, tidak
terdapat bukti apapun yang menetapkan bahwa keduanya pernah
kufur dan syirik kepada Allah dengan menyembah berhala-berhala;
karena itu dapat pula dimungkinkan bahwa keadaan keduanya sama
dengan keadaan Zaid ibn Amr ibn Nufail, Abu Bakr ash-Shiddiq, dan
beberapa orang lainnya. Keistimewaan Abu Bakr dan Zaid ibn Amr,
bahwa keduanya tetap berada di atas ajaran Hanifiyyah [ajaran nabi
Ibrahim]; adalah karena keberkahan Rasulullah bagi keduanya, di
mana kedua orang tersebut adalah sebagai sahabat dekat Rasulullah
dari semenjak Rasulullah belum diutus menjadi nabi, karenanya
kedua orang ini sangat mencintai Rasulullah. Dengan demikian
keistimewaan itu lebih besar lagi; --untuk tetap di atas ajaran
Hanifiyyah [ajaran nabi Ibrahim]-- bagi kedua orang tua Rasulullah,
karena keberkahan Rasulullah bagi kedua orang tuanya jauh lebih
istimewa di banding hanya sebuah persahabatan [artinya; kalau
dengan persahabatan; Abu Bakr dan Amr menjadi selamat, maka
terlebih lagi orang tua yang kedudukannya jauh dibanding sahabat;
178
tentulah juga pasti selamat]” .
177 Penjelasan lengkap lihat dalam al-Hawi Li al-Fatawi, 2/229
178 Masalik al-Hunfa, as-Suyuthi, dalam al-Hawi Li al-Fatawi, 2/230. Lihat
juga karya as-Suyuthi at-Ta’zhim wa al-Minnah, h. 64-66